facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download

az-zuhruf

some stories and thoughts

BUTTERFLY

A man found a cocoon of a butterfly. One day a small opening appeared. He sat and watched the butterfly for several hours as it struggled to force its body through that little hole. Then it seemed to stop making any progress.
It appeared as if it had gotten as far as it could, and it could go no further. So the man decided to help the butterfly. He took a pair of scissors and snipped off the remaining bit of the cocoon.
The butterfly then emerged easily. But it had a swollen body and small, shriveled wings.
The man continued to watch the butterfly because the expected that, at any moment, the wings would enlarge and expand to be able to support the body, which would contract in time.
Neither happen! In fact, the butterfly spent the rest of its life crawling around with a swollen body and shriveled wings. It never was able to fly.
What the man, in his kindness and haste, did not understand was that the restricting cocoon and the struggle required for the butterfly to get through the tiny opening were Allah’s way of forcing fluid from the body of the butterfly into its wing so that it would be ready flight once it achieved its freedom from the cocoon.
Sometimes struggles are exactly what we need in our lives without any obstacles it would not be as strong as what we could have been. We could never “fly”!
June 09, 2011 No comments

AL-IDRISI
Pencipta Bola Dunia

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdullah bin idris asy-Syarif, namun lebih akrab dipanggil Al-Idrisi. Beliau lahir di kota Ceuta, Spanyol pada tahun 1100 M (493 H). Beliau meninggal dunia dalam usia ± 65 tahun, yakni pada tahun 1165 di Spanyol. Al-Idrisi memang dikenal masyarakat barat sebagai seorang ahli geografi yang menciptakan peta dalam versi baru. Selain daripada itu, ia dikenal mahir mengukur garis bujur dan garis lintang dengan hanya menggunakan papan gambar semacam peta dunia yang disebut Lauhul tarsim. Selanjutnya, dia dianggap ahli geografi paling popular abad pertengahan. Selama tiga abad, nama beliau sangat dikenal hingga ke Eropa.

Al-Idrisi menempuh pendidikannya di kota Kordoba. Seperti ahli geografi lainnya, beliau sering bepergian ke sejumlah tempat seperti ke Asia dan Afrika untuk mengumpulkan data-data geografis. Sebenarnya pada saat itu sudah ada para ahli geografi muslim yang telah mampu menentukan ukuran permukaan bumi secara akurat. Tetapi ketika mereka membuat peta dunia tidak ada yang seperfect karya Al-Idrisi. Beliau mengkombinasikan semua data dan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun itu untuk membuat sebuah karya yang menyajikan data paling lengkap dari setiap wilayah di dunia. Tidak heran, pada masa itu beberapa ahli navigasi dan pihak militer mengajaknya guna bekerja sama dengan mereka.

Tidak berhenti di sana saja, kemasyhuran dan keahlian beliau di bidang geografi akhirnya diketahui Raja Roger II dari Sicilia (1129-1140). Raja itu mengajukan sebuah penawaran berharga pada beliau untuk membuat sebuah peta dunia yang baru dan unik. Raja Roger II bersedia memberikan dana dan memfasilitasinya sesuai kebutuhan. Setelah dipikirkan cukup lam, akhirnya beliau menyanggupi penawaran itu dengan satu syarat. Ia ingin memasukkan data wilayah Sicilia, yang sebelum dikuasai Raja Roger adalah kekuasaan kaum muslim.

Beliau berhasil membuat peta pesanan Raja Sicilia itu dalam bentuk Bola Dunia (globe). Globe ini terbuat dari perak seberat 400 ons dan dilengkapi detail geografis yang sangat cermat, seperti danau, sungai, kota besar, daratan, dan pengunungan. Pada petanya, ia memberikan data tertentu untuk membedakan struktur tanah. Selain itu, untuk memudahkan siapapun memahami petanya, dimasukkan informasi tentang jarak, panjang, dan ketinggian secara tepat.

Sebagai bentuk penghormatannya pada Raja Roger II, beliau melengkapi globenya dengan sebuah buku berjudul “Kitab al-Rujari” (Roger’s Book). Buku tersebut berisi panduan membaca globe yang paling teliti dan cermat sepanjang abad pertengahan. Sebagai tambahan, beliau menyisipkan sejumlah informasi tentang pulau-pulau yang letaknya sangat jauh dan terpencil, seperti Ice Land, pada buku penelitiannya. Selain tentang pulau, ada juga informasi tentang samudra Atlantik yang disebutnya sebagai laut paling gelap. Ia berpendapat bahwa penduduk asli yang tinggal di pulau besar dekat samudra tersebut adalah penduduk Inggris.

Dengan menggunakan globe atau peta buatan Al-Idrisi tersebut, bangsa-bangsa dari Eropa mulai melakukan penjelajahan ke berbagai wilayah di seluruh dunia. Dengan karyanya itu, beliau telah berhasil mengukir prestasi excellence dan menjadi pedoman utama dalam pembuatan peta selanjutnya.

Selain menciptakan globe, beliau juga menulis buku yang masih memiliki keterkaitan dengan bidang geografi. Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afat (kesenangan untuk orang-orang yang ingin mengadakan perjalanan menembus berbagai iklim) adalah sebuah buku ensiklopedi karya al-Idrisi yang berisi gambaran peta dunia secara detail, dilengkapi informasi tentang beberapa negara yang ada di Eropa. Ringkasan buku tersebut yang sebelumnya mengggunakan bahasa Arab telah diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan diterbitkan di Roma, Italia dengan judul “Geographia Nubiensis”.
Setelah menyelesaikan buku tersebut, al-Idrisi kembali menyusun sebuah komplikasi ensiklopdi yang lebih lengkap bertitle Rawd Unnas wa-Nuzhat al-Nafs (Kenikmatan Lelaki dan Kesenangan Jiwa). Ada puluhan buku yang telah dihasilkan beliau selama hidupnya. Antara lain: Shifatul Arab (Karakter Bangsa Arab), Kharitanul ‘Alamil Ma’mur Minal Ard (Peta Dunia). Dalam buku ini beliau membahas tujuh benua yang ada di dunia. Buku-buku tersebut telah diterjemahkan kedalam berbagai versi bahasa antara lain bahasa Spanyol, Jerman, Perancis dan Italia.
Wallahu ‘alam.

(Joko Rabsodi, MPA Desember 2009)
March 11, 2011 No comments
IBNU MAJID, SINGA LAUT

Nama lengkap beliau adalah Shihab ad-Din Ahmad bin Majid bin Muhammad bin Amir bin Duwayk bin Yusuf bin Husayn bin Abi Ma’lak as Sa’idi bin Abi ar-Raka’ib an-Najdi. Ia adalah seorang navigator ulung dan handal di abad 15 M. Kemampuan beliau diwarisi dari ayah dan kakeknya yang juga dikenal sebagai muallim dan ahli navigator yang sangat menguasai seluk-beluk Laut Merah.

Di jazirah Arab beliau dikenal dengan sebutan Ibnu Majid. Berkat kemampuannya, nama Ibnu Majid menjadi sangat tersohor hingga ke Eropa. Ia bahkan dijuluki Singa Laut, karena kemampuannya sebagai pelaut yang sangat tangguh dan paham terhadap seluk-beluk laut. Di pihak lain, orang Portugis menjulukinya dengan al-Malande atau al-Marante yang berarti “Raja Laut”. Menurut catatan Vasco da Gama, pelaut Arab ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Menurutnya, Ibnu Majid pernah menolong dirinya menyelesaikan pelayarannya dari tanjung Harapan di Afrika menuju India.

Institut Studi Ketimuran Leningrad, menyimpan sebuah manuskrip kuno berbahasa Arab yang berisi tiga bait puisi karya Ibnu Majid. Diperkirakan puisi itu dibuat pada akhir abad 15 M dan permulaan abad 16 M. Tiga bait puisi tersebut berisi sejumlah petunjuk pelayaran, seperti pengetahuan tentang jarak tempuh dari satu tempat ke tempat lain, prekiraan kecepatan dan arah angin, kondisi medan, serta berbagi kiat yang memudahkan pelayaran. Disamping itu, Ibnu Majid juga menyisipkan rute pelayaran yang melintasi Laut Merah, Samudera Hindia, dari berbagai kawasan yang berbeda. Dalam hal ini beliau telah menunjukkan kepiawaiannya sebagai ahli navigator (pelaut) handal. Tentunya manuskrip yang ditulisnya merupakan warisan penting bagi dunia pelayaran selanjutnya.

Konon, wilayah pesisir Afrika Barat sangat tertutup dan ditakuti oleh orang-orang Eropa. Sebab, pantai tersebut sangat menyeramkan dan penuh misteri, khususnya di seputar kawasan yang dilalui garis katulistiwa. Setiap kapal yang melewatinya pasti akan mengalami kesulitan, kecuali kapal tersebut dilengkapi layar besar yang berfungsi sebagai alat bantu pendorong. Bila ada kapal yang tidak dilengkapi dengan layar besar, para awaknya harus bekerja sama mendayung kuat-kuat agar kapal bisa berjalan kembali.

Bgi pelaut-pelaut Eropa khususnya, percaya pada mitos bahwa setiap kapal yang melintasi kawasan itu tidak akan pernah bisa kembai.. Namun mitos itu akhirnya memudar pada tahun 1461 setelah pelaut Portugis melakukan perjalanan mengarungi laut dan samudera. Meskipun begitu, untuk menmbuktikan kalau mitos itu tidak bernar, orang Portugis mengirim delegasi yang bernama Kopelhaem, memutuskan singgah untuk sementara waktu di kawasan Sokoth Selatan, semenanjung Arab. Selama berada disana, tanpa disengaja ia bertemu dengan Ibnu Majid. Di tempat inilah para petualang Portugis mendengar cerita kepulauan Madagaskar untuk pertama kalinya.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Ibnu Majid adalah seorang navigator Arab terbesar abad pertengahan. Selain itu, beliau juga ahli di bidang pemetaan, astronomi, dan geografi. Di sepanjang hidupnya, beliau telah menghasilkan sejumlah karya yang memiliki peranan yang cukup penting. Karya-karyanya antara lain seperti : Qiladah Risalatisy wa Istikhraj Qawa’idil Usus lil Mu’allim Sulaiman al-Mahri (Untaian Surat-surat dan Kaidah-kaidah Dasar Sulaiman Mahri), Tahfatul Fuhul fi Tamhidil Ushul (Pengantar Dasar-dasar Ilmu Pelayaran), al-Umdatul Mahriyyah fi Dhabthil ‘Ulumil Bahriyyah (Pijakan al-Mahri dalam Meletakkan Ilmu Kelautan), al-Qashidah li Ibni Majid (Senandung Ibnu Majid), al-Qashidatul Musammah bil Mahriyyah, dan lain sebagainya. Belaiu juga merevisi karya sang ayah yang berjudul Al-Hijaziyyah. Setelah beliau meninggal, karyanya banyak diterbitkan ke dalam beragam bahasa termasuk bahasa Portugis. Sementara kini, karya-karya Ibnu Majid yang membahas dunia navigasi banyak tersimpan di museum di Paris.

Salah satu pembaca karya beliau adalah Ali Re’is, seorang navigator asal Turki. Di halaman pembuka karyanya, yang berjudul The Ocean, ia berkata bahwa karya-karya Ibnu Majid telah memberinya banyak tambahan ilmu pengetahuan terutama terkait dengan ilmu navigasi. Ia juga telah menemukan karya Ibnu Majid lainnya seperti Kitab al-Fawa’id dan Hawiyat al-Ikhtisar, ketika singgah di Basrah. Menurutnya, karya Ibnu Majid adalah panduan yang sangat berguna bagi pelaut yang ingin melayari Laut India dengan mudah. (Diceritakan oleh : Djoko Rabsodi)

(From MPA, October 2010)
January 30, 2011 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me


A student who loves collecting books, writing occasionally, and enjoy taking some photographs.

Follow Us

Labels

Cerita Teladan cerpen continual flashfiction coretan tanganku encyclopedia flashfiction Justifying the Feeling movie review my handwriting nice story Out of the Blue Resensi Buku resensi novel review film sinopsis buku

recent posts

Blog Archive

  • ►  2016 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
  • ►  2013 (25)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2012 (16)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ▼  2011 (3)
    • ▼  June (1)
      • butterfly
    • ►  March (1)
      • Al-Idrisi
    • ►  January (1)
      • The Navigator of Islam
  • ►  2010 (3)
    • ►  April (3)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates