Ketika Nabi Sulaiman Diperdaya Burung Hud-hud

by - February 04, 2012

Menyadari bahwa harta yang diberikan oleh Allah kepadanya begitu melimpah, maka pada suatu hari nabi Sulaiman memberanikan diri memohon izin kepada Allah, “Ya Allah. izinkanlah kiranya hambaMu ini memberi makan seluruh makhlukMu di bumi ini selama setahun,” begitu pinta nabi Sulaiman.
“Kau tidak akan mampu, Sulaiman,” jawab Allah.
“Kalau begitu, satu bulan saja, ya Allah,” desak nabi Sulaiman.
“Kau juga tidak akan mampu,” tegas Allah.
“Kalau begitu sehari saja, ya Allah,” desaknya lagi
“Kau tetap tidak akan mampu,” jawab Allah.
“Aku ingin mencobanya, aku memohon untuk dizinkan,” pinta nabi Sulaiman pula
“Silakan kalau ingin mencoba,” begitu jawab Allah.
Segera saja nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh jin dan manusia untuk mendatangkan bahan-bahan makanan dari berbagai jenis dan lauk pauknya, baik berupa sapi atau kambing dan seluruh hewan yang halal. Maka periuk-periuk besar segera dipancangkan lengkap dengan anak tangga untuk menuangkan bahan makanan dan lauk pauk yang akan dimasak. Ketika itu seluruh jin dan manusia sibuk untuk mempersiapkan hidangan yang dihamparkan di atas padang pasir. Beliaupun menyuruh angin untuk bertiup seperlunya agar makanan tidak basi. Setelah keseluruhannya dirasakan siap, ketika itu Allah lalu bertanya, “Siapakah yang kau kehendaki untuk menyantap lebih dahulu, Sulaiman?”
Kiranya akan lebih baik jika aku mulai dari seluruh hewan samudra ya Allah?” jawab nabi Sulaiman.
Ketika itulah, Allah menyuruh seekor hewan besar dari samudra untuk melahap hidangan yang telah dipersiapkan nabi Sulaiman. Hewan itu pun berangkat ke tempat hidangan tadi seraya bertanya pada nabi Sulaiman, “Aku dengar baginda yang akan menanggung rezeki saya hari ini, wahai Nabiyullah?”
“Benar, benar sekali, makanlah sekarang sepuasmu,” jawab Nabi Sulaiman.
Maka, segera saja hewan itu melahap makanan yang tersedia dan malah berteriak, “Wahai nabi Sulaiman, aku belum kenyang, baru sepertiga dari porsiku sehari-hari.”
Nabi Sulaiman pun marah, “Kau telah menghabiskan semuanya, betapa rakus sikapmu itu,” begitu gertak nabi Sulaiman.
“Inikah jawaban seorang penjamu terhadap tamunya, padahal engkaulah yang menyebabkan porsiku menurun drastis di hari ini, engkau telah ceroboh, wahai Nabiyullah Sulaiman,” begitu hewan itu balik menyalahkan.
Melihat dengan mata kepala sendiri mengenai kenyataan ini, nabi Sulaiman pun segera bertekuk lutut dan bersujud panjang memuji kebesaran Allah. Kemudian, tanggung jawab memberi makan itu langsung dikembalikan pada Allah sebelum makhluk yang lain mendemo besar-besaran mengadukan kelaparannya.
Burung Hud-hud melihat peristiwa itu, dia tersenyum simpul dan mencari akal untuk bercengkerama dengan nabi Sulaiman. Maka, pada suatu hari dia menghadap Sulaiman. “Sekarang aku ingin mempersiapkan hidangan daging untuk baginda,” begitu burung Hud-hud menawarkan jasanya.
“Maksudmu itu khusus bagi saya sendiri atau bagaimana?” Tanya Baginda memperjelas.
“Bukan untuk Baginda saja, bahkan seluruh prajurit baginda, aku siap memberi makan,” jawab Hud-hud berlagak tegas.
Setelah sampai hari yang dijanjikan, Nabi Sulaiman dan seluruh prajurit pun berangkat mendatangi jamuan Hud-hud pada suatu tempat yang telah ditentukan. Maka, ketika mereka sudah berdatangan, Hud-hud segera menyambar belalang, lalu mencekiknya sampai mati, kemudian dilemparkan di pinggir lautan seraya berkata, “Wahai Nabiyullah Sulaiman, segeralah Baginda maju menyantap daging itu bersama para prajurit Baginda, namun bagi siapa saja yang tidak mendapat bagian dagingnya, saya mohon dengan hormat agar mereka menikmati kuahnya,” begitu Hud-hud mengatakan sambil berlalu pergi.
Mengetahui akal-akalan Hud-hud ini, nabi Sulaiman tidak bisa menahan tawanya hingga beliau tertawa sendiri di saat teringat ulah Hud-hud ini.
(diambil dari : Kisah Kezuhudan Manusia Sepanjang Zaman)
Majalah MPA 284 / Mei 2010

You May Also Like

0 comments