Mimpi Sejuta Dolar
Mery Riana, seorang miliarder muda dan motivator nomor satu di Indonesia dan Asia, ternyata juga mengalami masa-masa sulit sebelum dapat meraih kesuksesannya. Kondisi keluarganya yang sederhana, tidak pernah membuat Merry berharap untuk bisa berkuliah ke luar negeri. Kekuatan finansial orangtuanya hanya cukup untuk menguliahkan dia dalam negeri, dan ia sangat bersukacita untuk hal itu.
Namun, peristiwa keusuhan pada tanggal 14 Mei 1998 silam telah membuat impian Merry yang saat itu hendak melanjutkan penidikannya ke Universitas Trisakti runtuh. Kedua orangtuanya yang berdarah Tionghoa itu akhirnya memutuskan mengirim Merry untuk melanjutkan studi ke Singapura demi keselamatan putrinya itu. Di usianya yang masih belia, Mery harus dihadapkan dengan sebuah keputusan besar dan secara perlahan ia akhirnya dapat memunculkan keberaniannya. Dengan keberangkatan yang sangat terbatas karena kondisi finansial orangtuanya, Merry akhirnya mulai menguatkan hati dan berpikir positif bahwa kepergiannya ke negeri orang tanpa didampingi orangtua barangkali adalah cara Tuhan untuk mempersiapkan kemandiriannya di sana.
Di Singapura, ia melanjutkan kuliah di Nanyang Technology University (NTU) dan tinggal di asrama kampus. Dengan pinjaman uang sebesar 40 ribu dolar atau setara 300 juta rupiah dari DBS untuk biaya hidup dan kuliah selama 4 tahun, ia ternyata hanya dapat menyisihkan 10 dolar saja untuk biaya makan selama seminggu. Hal itu membuatnya benar-benar harus berhemat.
Kondisi selama satu tahun kuliahnya di NTU mendorong Merry untuk memutar otak. Namun, di tengah-tengah kesulitannya itu ia bertemu seseorang, Alva, yang ternyata juga mengalami kondisi hampir sama dengannya. Hal itu ternyata membuat mereka berdua semakin dekat dan secara sinkron mereka selalu memberi semangat atau sekedar nasihat satu sama lain.
Pada tahun keduanya kuliah, Merry akhirnya memutuskan untuk mulai bekerja di sela-sela masa liburan semester. Pada awalnya ia bekerja sebagai pembagi brosur, kemudian menjadi pegawai di sebuah toko bunga, hingga menjadi pelayan di banquet. Dari upah bekerja selama liburan, Merry sedikit demi sedikit dapat menabung. Ia kemudian mencoba berbisnis dengan uangnya itu, namun bisnis pertamanya ditipu.
Pada tahun 2001, Merry Riana memulai kerja magang. Ia bekerja cukup baik di perusahaan magangnya, namun tak ingin terus bekerja di perusahaan itu setelah lulus kuliah. Ia kemudian membuat sebuah resolusi baru, yakni ingin mapan dan meraih kebebasan finansial sebelum usianya 30 tahun.
Pertemuan dengan Anthony Robbins, motivator idolanya, membuat Merry Riana terus memburu peluang untuk melancarkan resolusinya. Meskipun harus terhambat berkali-kali dengan bisnis yang gagal, ia tetap semangat dan pertunangannya dengan Alva semakin mebuat Merry tak pantang menyerah.
Memutuskan diri untuk menjadi seorang sales asuransi bersama Alva ternyata merupakan awal jejak keberhasilannya. Seribu satu penolakan dan ujian mental yang harus dijalaninya di jalanan sempat membuat Merry terjatuh beberapa kali namun sikap disiplin dan dukungan dari Alva mampu membakar semangatnya lagi. Dengan bekerja selama 14 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan dua puluh kali presentasi sehari, Merry Riana akhirnya mampu melunasi hutang pendidikannya dengan uangnya sendiri.
Setelah berhasil menjadi manajer dan berhak merekrut anak buah karena pencapaian investasinya telah mencapai 900 ribu dolar, Merry kemudian diangkat menjadi President Star Club dan memutuskan untuk mendirikan sebuah organisaasi dan menikah dengan Alva. Selama menjalankan organisasi tersebut, Merry dan Alva juga dihadapkan dengan berbagai masalah pelik, namun karena kerja keras, mereka dapat mengatasinya.
Kini, Merry Riana telah berhasil mewujudkan mimpi sejuta dolarnya. Tetapi, peraih berbagai penghargaan ini tak lupa akan negeri aslanya. Ia ingin membangkitkan semangat sukses bagi para generasi muda Indonesia, sehingga dapat memajukan bangsa.
1 comments
wee,,,,ak pas lg baca t tuh,,, hhaha :D
ReplyDelete