Novel : 99 Cahaya di Langit Eropa

by - July 08, 2012

Ayo ke Paris!

13 Sya’ban 1433 H, 7.30 pm





Sebelumnya saya ingin mengucapkan merci beaucoup pada mbak Hanum Salsabiela Rais dan mas Rangga Almahendra yang telah ikhlas meluangkan waktunya untuk menulis novel yang keren ini dan membagikan pengetahuannya tentang Islam di langit Eropa. Terimakasih juga saya sampaikan pada Iva Firdayanti yang telah ikhlas meminjamkan novelnya pada saya (kunjungi
http://ivafirdayanti.blogspot.com/). Dan yang terpenting, Allah Swt. yang telah memberi saya kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan saya di hari libur ini dengan berbagai cara, salah satunya dengan membaca “99 Cahaya di Langit Eropa” ini.

Saya tersadar, bulan yang bersinar malam ini, adalah bulan yang sama yang menyinari daratan Eropa beratus-ratus tahun yang lalu. Bulan ini juga yang menjadi saksi bahawa Islam pernah berjaya di Eropa (maaf nyontek, mbak Hanum!). Betapa saya takjub membaca kisah-kisah mbak Hanum. Kisah-kisah yang telah membuat saya tercengang, menyadari betapa ilmu pengetahuan saya masih perlu ditambah lagi. Perlu sekali.


Musse de Lovre



Galeri di Museum Louvre
Kisah-kisah perjalanan spiritual ini juga yang telah menginspirasi saya untuk pergi ke Paris, Cordoba, Granada, Istanbul dan berbagai wilayah lain di Eropa. Saya ingin mengunjungi Museum Louvre, museum dengan koleksi terlengkap di dunia. Di sanalah Lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci disimpan. Saya ingin menaiki anak-anak tangga di sana, menelusuri lorong-lorong dan memasuki setiap gallery di sana. Saya ingin membaca huruf Kufic yang tertera di piring-piring kuno, memandangi Celestial Sphere-nya Yunus Ibn al Husayn al Asturlabi, dan membaca huruf Kufic lagi di lukisan Vierge a l’Enfant – The Virgin and the Child : Ugolino di Nerio 1315-1320 yang pada pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah (pede, emang bisa baca??).


Vierge a l’Enfant


Arc de Triomphe du I’Etoile
Seine River
Saya juga ingin berdiri di bawah menara Eiffel, Arc de Triomphe du Carrousel, Arc de Triomphe du I’Etoile (yang mirip Simpang Lima Gumul itu, lhooo..), dan monumen Obelisk Mesir. Saya juga ingin berada di jalur lurus Air Mancur Besar, monumen Obelisk Mesir, jalan Champs-Elysees, dan monumen Arch de Triomphe yang searah Mekkah. Berada di Jalur Kemenangan-nya Napoleon Bonaparte. Voie Triomphale. This is it Axe Historique. Tak lupa, saya juga ingin berjalan di sepanjang sunga Seine dan mengabadikan berbagai tempat-tempat wisata tadi serta Gereja Notre Dame yang gerbangnya berbentuk kubah lengkung : seperti masjid.


Axe Historique

Champs Elysees

Arc de Triomphe du Carrousel
Notre Dame

Roti Croissant
Kalo lagi di Austria, saya pengen makan roti Croissant yang terkenal itu. Roti yang berbentuk bulan sabit namun menyimpan cerita memilukan. Lalu pada senja hari, saya akan menaiki bus menuju Kahlenberg dan mengagumi keindahannya. Tak bisa dibayangkan.

Kahlenberg




Al-Hambra
Selain ke tempat-tempat wisata di Paris dan Austria, saya juga akan pergi ke the True City of Lights, Cordoba. Berkunjung ke Mezquita, Masjid Katedral. Dahulunya masjid, namun sekarang berubah menjadi katedral. Dan di sana saya mungkin juga akan merasakan hal yang sama dengan mbak Hanum. Seharusnya Mezquita dijadikan museum saja. Sedangkan di Granada, saya akan mengunjungi Al-Hambra. Di Granada lah dinasti Islam terakhir mencoba bertahan di Spanyol.

Mezquita

Ornamen dalam Mezquita

Blue Mosque dan Hagia Sophia
Semoga saja bukan yang terakhir, ke Istanbul, Turki. Berziarah ke masjid indah yang pernah saya lihat di televisi dan saya langsung jatuh cinta padanya, Blue Mosque. Di sana juga saya ingin menunaikan sholat. Dan di depan Blue Mosque, saya akan mampir ke Hagia Sophia.


Blue Mosque

Hagia Sophia


Hagia Sophia

Namun, “Danke” lah yang telah membuat saya menyadari juga dimana letak titik nol perjalanan-perjalanan ini. Membaca pengalaman mbak Hanum menunaikan ibadah rukun islam terakhir : Haji. Saya ingin, benar-benar ingin.... suatu hari... saya bisa ke sana, pergi bersama orang-orang yang saya cintai, bersujud bersama jutaan muslim lain, di sebuah tempat yang menjadi kiblat sholat seluruh umat muslim di dunia. Semoga saja.... Amiiinn....

Ka'bah, Mekkah
The last but not the least, novel ini juga telah meningkatkan rasa syukur saya kepada Allah. Betapa kita, para muslim telah dilahirkan dalam keadaan bebas, bebas dalam menjalankan ibadah kita. Jika kita ingat, bahwa dahulu dalam kurun 10 tahun setelah Granada takluk, Isabella dan Ferdinand memerintahkan pembaptisan massal kepada seluruh penduduk –warga Spanyol, baik Islam maupun Yahudi. Mereka juga memaksa setiap warga untuk berjualan babi dan mendemonstrasikan makan babi di depan mereka. Astaghfirullahal’adzim... Wahai kaum muslimin, tunjukkanlah rasa syukur kita terhadap nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita selama ini....

So, itulah mimpi-mimpi, cita-cita, dan catatan saya setelah membaca “99 Cahaya di Langit Eropa”. Novel yang fantastis!

Danke

aHaba

You May Also Like

3 comments