facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download

az-zuhruf

some stories and thoughts



Apa sih yang salah sama gue? Udah cakep, kan? Celana panjang, keren. Sweater, oke. Make up, manis. Tapi kemana sih Ilham? Udah pukul setengah sembilan malam dan gue masih imut duduk sendirian di depan Simpang Lima Gumul. Itu, bangunan keren yang mirip Arc de Triomphe du I’Etoile di Paris itu! Eh, itu Ilham!
Ilham, temen SMP gue, yang sekarang ternyata tambah charming karena udah nggak ketemu semenjak beberapa bulan yang lalu. Kangen banget sama dia. Karena gue harus pindah ke Surabaya, mau nggak mau harus tetep keep in touch sama dia lewat twitter dan beberapa socmed lainnya. Nah, kali ini Ilham mau ngajak gue ke suatu tempat, entah kemana. Mau diculik kali gue sama dia. Mau banget kali!
Ilham melambaikan tangannya. Gue hanya tersenyum sambil terus berdoa semoga Ilham nggak tau kalo gue, gugup. Untungnya akal gue masih berfungsi. Segera kuraih lengannya, menariknya buat jalan-jalan mengelilingi monumen cantik ini. Gue cerca Ilham dengan berbagai pertanyaan: kenapa dia telat, gimana kerjaannya, gimana hidupnya, yah, whatever yang keluar dari mulut gue tentang hidup Ilham saat ini. Setengah jam kemudian kita pergi karena harus lanjutin perjalanan yang ternyata, ke... Bromo???
Unfortunately, gue hanya tidur di mobil sepanjang perjalanan. Huh, gue melewatkan momen penting buat ngobrol sama Ilham malem ini. Pukul 03.30 am kita sampai. Entah di mana itu, yang jelas Ilham ngajak gue yang masih terkantuk-kantuk buat naik jeep. Jalannya yang nggak mulus membuat gue nggak bisa tidur dan nggak bisa tenang. Sekitar sejam kemudian kita sampai di Pananjakan. Ilham ngajak gue buat sholat shubuh dulu. Ya ampun, rasanya tuh keren banget kita berdua sholat di daerah Bromo yang dinginnya minta ampun sampai gue harus pake baju tebel berlapis-lapis dan Ilham hanya tertawa.
Habis sholat subuh, gue dikejutkan lagi sama Ilham. Ya Tuhan! Iham duduk tepat di samping gue ketika gue melongo memandang matahari terbit dari balik gunung entah apa itu namanya. Sumpah, Ham! Lo keren banget sih!
Setelah puas menunjukkan kehebatannya tentang surprise-nya itu, Ilham ngajak gue masuk jeep lagi buat turun ke bawah. Kita ngelewatin hamparan pasir yang luas, yang kayak di film Pasir Berbisik itu lho! Beberapa menit kemudian kita turun dan Ilham berubah jadi Teletubbies, hehe. Nggaklah, ia bilang bukit-bukit itu namanya bukit Teletubbies, soalnya mirip banget kayak yang di film boneka gede yang warna-warni itu. Gue puas difoto terus sama Ilham di bukit hijau ini.
Setelah agak siang, Ilham ngajak cabut lagi. Kali ini Ilham nantang gue buat naik lihat kawahnya. Baru berjalan beberapa ratus meter aja gue udah capek, tapi Ilham nyemangatin terus. Gara-gara itu semangat gue muncul lagi. Setelah mendaki 145 anak tangga -itu itungan gue- akhirnya gue berhasil juga menyelesaikan tantangan cowok ini. Ilham ngulurin tangannya ke gue, nolongin buat naik satu pijakan lagi. Di atas sana gue lihat pemandangan yang kerennya nggak abis-abis. Kita berdua ngobrol panjaaangg banget. Seru banget deh kalo di deketnya Ilham.
Siangnya kita habisin buat di perjalanan sama mampir di salah satu kedai makanan. Ilham memang top banget soal traveling. Kita terusin perjalanan pulang sambil debat seru sambil dengerin musik kesukaan kita dulu.
Sorenya kita sampai di Alun-alun Batu. Ilham ngajak gue sholat dulu trus naik bianglala yang lebih gede dari yang di pasar malem. Senengnya, kita cuma berdua naik itu sambil ngobrolin ramenya Kota Batu kalo malem.
Kita menutup perjalanan ini dengan makan malam di kedai yang terletak di sepanjang jalan di pinggir tebing. Tepat dari meja tempat kita duduk , gue dan Ilham bisa memandang cahaya kota Malang yang kalo malem indah banget. Emang cahaya lampunya masih lebih indah di Paris, tapi Ilham berhasil menggantinya malam ini. Ilham, makasih ya!


Asal-usul penulisan klik di sini
May 19, 2013 3 comments

Pacaran itu kayak mampir, nikah itu bagai perhentian. Mau jadi tempat mampir atau rumah perhatian?

Pacaran itu Cuma mainan, nikah itu tanda serius. Mau dimainin atau diseriusin?

Nah, loh.... yang masih pacaran?? Hayo yang lagi pedekate?? Atau...yang hari ini baru jadian..???
Heum... Udah, putusin aja!!!

Kenapa harus diputusin? Pacaran itu kan ibaratnya kayak ta’aruf! Hadeh, ntar kalo saya jawab di sini, bukunya nggak jadi dibaca lagi. Lagi pula nggak seru kalo saya yang ceramah di sini.

Buku terbitan Mizan ini emang cocok buat teman-teman yang sekarang lagi pacaran. Tapi, setelah saya baca sampai habis, lebih cocok buat yang udah pacaran sejak zaman purbakala. Eh, lebay. Maksudnya buat yang sekarang lagi pacaran dan pacarannya itu udah cukup lama, sekitar satu, dua, tiga, atau bertahun-tahun. Cocok banget untuk memperjelas status yang masih “pacaran” tersebut.

Pacaran memang tak selamanya berujung pada zina, namun semua zina berawal dari pacaran. Terkadang kita berpikir kalimat tersebut terlalu lebay. Saya sendiri melihat fakta, meski tak sepenuhnya tahu, bahwa ketika teman-teman saya ada yang berpacaran pun juga biasa saja. Mungkin hanya sms-an, telpon-telponan, makan bareng, nonton bareng. Nah, kegiatan bareng yang selanjutnya itu yang perlu dipertanyakan.

Nggak sih, sebenernya saya memang melihat hal yang biasa aja. Itu hanya sebatas yang saya tahu lho! Nah, maka dari itu, jangan sok tahu. Karena bagaimana pun semua zina berawal dari pacaran. Seperti postingan saya sebelumnya –artikel saya malahan, saya sendiri yang buat- bahwa dulu saya berpikir pacaran itu punya sisi positif dan negatif. Jadi, saya sih masih fine-fine aja. Kalau pun ada teman saya yang bicara soal pacarnya, saya malah masih sering bercandain dia, godain dia. Saya masih belum berani tegur dia. Kenapa? Karena saya masih sebatas tahu, dia baik-baik saja. Sebatas tahu saja. Kan, nggak enak juga, malah takutnya hubungan saya dan dia jadi renggang atau gimana gitu.

Nah, dari sinilah sebenarnya kita harus koreksi diri. Bicara secara langsung namun dengan baik-baik sebenernya lebih baik, namun masih ada juga cara lain yang bisa kita lakukan untuk menasihati, atau membantu teman kita agar tidak terjerumus ke lubang yang paling dalam, tersesat, dan tak tahu arah jalan pulang. Huhuhu...

Jadi, saya hanya bisa berpesan melalui tulisan saya di blog ini : Udah, Putusin Aja! Karena saya masih belum berani untuk bicara terus terang. Semoga saya bisa menjaga komitmen saya ini. Semoga teman-teman juga bisa menjaga komitmen teman-teman, semoga kalian yang sedang pacaran segera memutuskan pacar kalian! Hehehe... Beneran, karena saya masih labil, saya juga berdoa dan tolong doakan juga, semoga saya bisa menjaga komitmen ini dengan baik. Amiinn!!

Wassalamu’alaikum!
May 10, 2013 No comments

Yak, sedikit review dan sedikit curhat –lhoh, tentang 9 Summers 10 Autumns. So, here we go.

Firstly, I am going to tell you a little secret of mine. Sedikit lebay sebenernya, tapi nggak papa juga, kan? Hehe. Bahwasanya menonton film di bioskop adalah salah satu keinginan yang saya pendam semenjak kecil. Maklum, saya tinggal di desa, meskipun sejak kecil saya sering diajak jalan-jalan ke kota, tapi yang namanya “ngintip” aja belum pernah. Padahal waktu itu saya udah di depan tangga lho!

Nah, kesempatan pun muncul ketika saya bersekolah di Kota Kediri. Jarak asrama saya ke gedung bioskop ini aja sebenernya juga nggak jauh-jauh amat. Jalan kaki aja bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menit. Sayangnya, kami dilarang nonton bioskop. Tapi dalam hati saya bertekad, “Udah hampir tiga tahun tinggal di Kota Kediri, pokoknya sebelum saya pindah untuk melanjutkan studi, saya harus nonton salah satu film keren di sini!” And finally, setelah hanya bisa melirik berpuluh-puluh kali ke papan jadwal pemutaran film yang saya lewati hampir setiap hari pergi les, I got it! Yeayyy! –Don’t say I am a kind of lebay, please!

Jadi, saya akhirnya bisa menonton film yang paling saya tunggu kehadirannya di Golden Theatre Kediri ini, setelah beberapa hari menunggu datangnya film yang terlambat datang sambil hanya bisa memasang wajah iri dan hati yang sebal pada beratus-ratus tweet orang-orang yang dengan bangga dan senangnya udah nonton film ini. Huh!

9 Summers 10 Autumns, mengisahkan kehidupan penuh perjuangan Iwan Setyawan dan  manisnya buah perjuangan itu sendiri. Kisahnya diawali dengan Iwan Setyawan, atau lebih dikenal dengan Bayek, ketika masih baru berada di New York. Bayek memulai cerita masa lalunya ketika ketakutannya muncul akibat dirampok saat berada di dalam kereta. Pada saat itu, muncullah seorang anak kecil berseragam merah putih, yang tak lain adalah refleksi dari masa lalunya.

Bayek dilahirkan di Batu, di sebuah rumah sederhana oleh seorang ‘Ibuk’ yang sangat menyayanginya. Memiliki empat saudara perempuan, dan sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarganya membuat Bayek menjadi harapan besar bagi bapaknya. Bapaknya yang seorang sopir angkot berharap anak lanangnya itu bisa membantunya mencari nafkah, menjadi seorang laki-laki yang ‘sebenarnya’.

Sejak kecil Bayek pintar, ia sering menjadi juara kelas. Namun ternyata prestasinya itu tak membuat bapaknya cukup bangga. Ketika lulus SMA, Bayek melalui jalur PMDK (jalur masuk PTN tanpa tes) berhasil masuk IPB. Ia tahu bahwa kuliah di IPB, yang letaknya di provinsi Jawa Barat itu, bukanlah suatu perkara yang mudah bagi keluarganya, terutama bapaknya. Bapaknya bersikeras agar Bayek tetap tinggal di rumah, membantu ayahnya mencari nafkah. Namun, Bayek tetap bersikeras. Semua saudara dan ibuknya mendukungnya, meski ia tahu biaya hidup dan kuliah di sana tak cukup hanya berbekal beras saja.

Mengetahui kemantapan hati Bayek, hati bapaknya pun luluh. Ia kemudian mengajak Bayek mengendarai angkotnya yang telah berpuluh-puluh tahun menemaninya mencari nafkah. Bapaknya menjual angkot itu hanya untuk Bayek, untuk masa depan Bayek. Sejak itulah Bayek tahu bahwa ia tak boleh main-main saja, ia harus bisa membuat bapaknya bangga dan tak menyesal telah menjual angkot kesayangannya itu. Semenjak itulah perjuangan Bayek dimulai.

Sebuah kisah yang sangat menarik. Meskipun diangkat dari sebuah novel yang berjudul sama, namun film ini tak kalah seru dengan novelnya. Banyak orang yang kecewa dengan film-film yang diaptasi dari novel. Namun, menurut saya film ini lebih hidup. Dengan setting serta dialog dan prolog yang memukau, film ini menjadi lebih menarik.

Akting para aktornya pun tak kalah keren. Ihsan Tarore sebagai Bayek, Alex Komang sebagai Bapak, dan Dewi Irawan sebagai Ibuk, sukses menjadikan film ini lebih natural. Dialog dengan bahasa Jawa khas Malang serta beberapa adegan yang lucu berhasil membuat saya dan teman-teman terpukau dan tertawa. Kisah perjuangan ketika kuliah di IPB juga berhasil membuat saya buru-buru pengen kuliah. “Karena bahagia yang diwujudkan dengan perjuangan akan lebih memberi makna.”

Overall, I like this movie! “It doesn’t matter where I came from, as long as I know where I’m going." 


May 06, 2013 2 comments

Karena Vanila Berwarna Putih

“Kenapa kamu suka vanila?” Ilham menoleh padaku.
“Karena vanila warnanya putih.” Aku masih akan menjawabnya dengan kata dan intonasi yang sama seperti itu, tak kurang dan lebih selama Ilham bertanya padaku.
Ilham adalah temanku semenjak kelas satu SMA. Bertahan selama tiga tahun berada di kelas yang sama dan –oh, tidak! Kami berada di satu tempat yang sama di kampus ini dan aku harus bertahan selama empat tahun mendatang. Lagi.
“Kenapa kamu suka vanila?” adalah pertanyaan wajib yang akan dilontarkan Ilham padaku setiap kali kami membeli es krim, kapanpun itu.
Entah kenapa juga, aku tak pernah bosan menjawabnya dengan jawaban yang sama. Aku bersyukur karena Ilham sama sekali tidak pernah mengeluh.
Malam ini ia mengajakku, lebih tepatnya membantu mengerjakan tugas kuliah. Dengan iming-iming semangkok besar es krim vanila, aku pun menyanggupinya.

8.00 pm.
Sebuah mangkok besar dan beberapa buku tebal memenuhi salah satu meja di sudut kafe ini. Sekali lagi Ilham bertanya padaku, “Kenapa kau suka vanila?”
“Karena warnanya putih.”
“Seputih cintamu padaku?”
Aku diam. Ilham diam. Wajah Ilham serius.
Beberapa detik berlalu.
“Kena kau!” Ilham sontak tertawa terpingkal-pingkal.
“Kena juga kau! Aku hafal candamu!” Aku tertawa renyah, berharap Ilham tak tahu bahwa hatiku menjawab pertanyaannya. Iya.

#CerminBentang Minggu 4. Tema : Vanila
Ditulis oleh : @azzuhruf_ifa

P.S. FYI, ini adalah cerita mini 200 kata yang saya buat intuk mengikuti lomba cerita mini (cermin) yang diadakan oleh Bentang Pustaka. Alhamdulillah juga berhasil menjadi Cermin of The Month untuk bulan April 2013. Terimakasih buat semua yang udah vote dan yang udah mendoakan plus mendukung saya. Thank you so much! :D

link : http://pustakabentang.blogspot.com/2013/04/cermin-of-month-april-2013.html

untuk ulasan lengkapnya, kunjungi : http://pustakabentang.blogspot.com/2013/05/cermin-of-month-april-2013-2.html

ehm, Jadi barusan coba klik link itu dan ternyata udah nggak bisa hoho. Ya sudahlah. Jadiin kenangan saja. xoxo
May 01, 2013 6 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me


A student who loves collecting books, writing occasionally, and enjoy taking some photographs.

Follow Us

Labels

Cerita Teladan cerpen continual flashfiction coretan tanganku encyclopedia flashfiction Justifying the Feeling movie review my handwriting nice story Out of the Blue Resensi Buku resensi novel review film sinopsis buku

recent posts

Blog Archive

  • ►  2016 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
  • ▼  2013 (25)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (5)
    • ▼  May (4)
      • Bromo, Ilham, dan Gue
      • Review Buku : Udah Putusin Aja!
      • Review Film : 9 Summers 10 Autumns
      • Flashfiction : Karena Vanila Berwarna Putih
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2012 (16)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (3)
    • ►  April (3)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates