Review Film : 9 Summers 10 Autumns
Yak, sedikit
review dan sedikit curhat –lhoh, tentang 9 Summers 10 Autumns. So, here we go.
Firstly, I am
going to tell you a little secret of mine. Sedikit lebay sebenernya, tapi nggak
papa juga, kan? Hehe. Bahwasanya menonton film di bioskop adalah salah satu
keinginan yang saya pendam semenjak kecil. Maklum, saya tinggal di desa,
meskipun sejak kecil saya sering diajak jalan-jalan ke kota, tapi yang namanya “ngintip”
aja belum pernah. Padahal waktu itu saya udah di depan tangga lho!
Nah,
kesempatan pun muncul ketika saya bersekolah di Kota Kediri. Jarak asrama saya
ke gedung bioskop ini aja sebenernya juga nggak jauh-jauh amat. Jalan kaki aja
bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menit. Sayangnya, kami dilarang nonton
bioskop. Tapi dalam hati saya bertekad, “Udah hampir tiga tahun tinggal di Kota
Kediri, pokoknya sebelum saya pindah untuk melanjutkan studi, saya harus nonton
salah satu film keren di sini!” And finally, setelah hanya bisa melirik
berpuluh-puluh kali ke papan jadwal pemutaran film yang saya lewati hampir
setiap hari pergi les, I got it! Yeayyy! –Don’t say I am a kind of lebay,
please!
Jadi, saya
akhirnya bisa menonton film yang paling saya tunggu kehadirannya di Golden
Theatre Kediri ini, setelah beberapa hari menunggu datangnya film yang
terlambat datang sambil hanya bisa memasang wajah iri dan hati yang sebal pada
beratus-ratus tweet orang-orang yang dengan bangga dan senangnya udah nonton
film ini. Huh!
9 Summers 10
Autumns, mengisahkan kehidupan penuh perjuangan Iwan Setyawan dan manisnya buah perjuangan itu sendiri. Kisahnya
diawali dengan Iwan Setyawan, atau lebih dikenal dengan Bayek, ketika masih
baru berada di New York. Bayek memulai cerita masa lalunya ketika ketakutannya
muncul akibat dirampok saat berada di dalam kereta. Pada saat itu, muncullah
seorang anak kecil berseragam merah putih, yang tak lain adalah refleksi dari masa
lalunya.
Bayek
dilahirkan di Batu, di sebuah rumah sederhana oleh seorang ‘Ibuk’ yang sangat
menyayanginya. Memiliki empat saudara perempuan, dan sebagai satu-satunya anak
laki-laki di keluarganya membuat Bayek menjadi harapan besar bagi bapaknya. Bapaknya
yang seorang sopir angkot berharap anak lanangnya itu bisa membantunya
mencari nafkah, menjadi seorang laki-laki yang ‘sebenarnya’.
Sejak kecil Bayek
pintar, ia sering menjadi juara kelas. Namun ternyata prestasinya itu tak
membuat bapaknya cukup bangga. Ketika lulus SMA, Bayek melalui jalur PMDK
(jalur masuk PTN tanpa tes) berhasil masuk IPB. Ia tahu bahwa kuliah di IPB,
yang letaknya di provinsi Jawa Barat itu, bukanlah suatu perkara yang mudah
bagi keluarganya, terutama bapaknya. Bapaknya bersikeras agar Bayek tetap
tinggal di rumah, membantu ayahnya mencari nafkah. Namun, Bayek tetap
bersikeras. Semua saudara dan ibuknya mendukungnya, meski ia tahu biaya hidup
dan kuliah di sana tak cukup hanya berbekal beras saja.
Mengetahui kemantapan
hati Bayek, hati bapaknya pun luluh. Ia kemudian mengajak Bayek mengendarai
angkotnya yang telah berpuluh-puluh tahun menemaninya mencari nafkah. Bapaknya
menjual angkot itu hanya untuk Bayek, untuk masa depan Bayek. Sejak itulah
Bayek tahu bahwa ia tak boleh main-main saja, ia harus bisa membuat bapaknya
bangga dan tak menyesal telah menjual angkot kesayangannya itu. Semenjak itulah
perjuangan Bayek dimulai.
Sebuah kisah
yang sangat menarik. Meskipun diangkat dari sebuah novel yang berjudul sama,
namun film ini tak kalah seru dengan novelnya. Banyak orang yang kecewa dengan
film-film yang diaptasi dari novel. Namun, menurut saya film ini lebih hidup.
Dengan setting serta dialog dan prolog yang memukau, film ini menjadi lebih
menarik.
Akting para
aktornya pun tak kalah keren. Ihsan Tarore sebagai Bayek, Alex Komang sebagai
Bapak, dan Dewi Irawan sebagai Ibuk, sukses menjadikan film ini lebih natural.
Dialog dengan bahasa Jawa khas Malang serta beberapa adegan yang lucu berhasil
membuat saya dan teman-teman terpukau dan tertawa. Kisah perjuangan ketika
kuliah di IPB juga berhasil membuat saya buru-buru pengen kuliah. “Karena
bahagia yang diwujudkan dengan perjuangan akan lebih memberi makna.”
Overall, I
like this movie! “It doesn’t matter where
I came from, as long as I know where I’m going."
2 comments
mengen2.i ae zuh.,.. o_O
ReplyDeletekatanya mau kencan nonton ini...
ReplyDelete