Review Film : 9 Summers 10 Autumns

by - May 06, 2013


Yak, sedikit review dan sedikit curhat –lhoh, tentang 9 Summers 10 Autumns. So, here we go.

Firstly, I am going to tell you a little secret of mine. Sedikit lebay sebenernya, tapi nggak papa juga, kan? Hehe. Bahwasanya menonton film di bioskop adalah salah satu keinginan yang saya pendam semenjak kecil. Maklum, saya tinggal di desa, meskipun sejak kecil saya sering diajak jalan-jalan ke kota, tapi yang namanya “ngintip” aja belum pernah. Padahal waktu itu saya udah di depan tangga lho!

Nah, kesempatan pun muncul ketika saya bersekolah di Kota Kediri. Jarak asrama saya ke gedung bioskop ini aja sebenernya juga nggak jauh-jauh amat. Jalan kaki aja bisa ditempuh dalam waktu sekitar 10-15 menit. Sayangnya, kami dilarang nonton bioskop. Tapi dalam hati saya bertekad, “Udah hampir tiga tahun tinggal di Kota Kediri, pokoknya sebelum saya pindah untuk melanjutkan studi, saya harus nonton salah satu film keren di sini!” And finally, setelah hanya bisa melirik berpuluh-puluh kali ke papan jadwal pemutaran film yang saya lewati hampir setiap hari pergi les, I got it! Yeayyy! –Don’t say I am a kind of lebay, please!

Jadi, saya akhirnya bisa menonton film yang paling saya tunggu kehadirannya di Golden Theatre Kediri ini, setelah beberapa hari menunggu datangnya film yang terlambat datang sambil hanya bisa memasang wajah iri dan hati yang sebal pada beratus-ratus tweet orang-orang yang dengan bangga dan senangnya udah nonton film ini. Huh!

9 Summers 10 Autumns, mengisahkan kehidupan penuh perjuangan Iwan Setyawan dan  manisnya buah perjuangan itu sendiri. Kisahnya diawali dengan Iwan Setyawan, atau lebih dikenal dengan Bayek, ketika masih baru berada di New York. Bayek memulai cerita masa lalunya ketika ketakutannya muncul akibat dirampok saat berada di dalam kereta. Pada saat itu, muncullah seorang anak kecil berseragam merah putih, yang tak lain adalah refleksi dari masa lalunya.

Bayek dilahirkan di Batu, di sebuah rumah sederhana oleh seorang ‘Ibuk’ yang sangat menyayanginya. Memiliki empat saudara perempuan, dan sebagai satu-satunya anak laki-laki di keluarganya membuat Bayek menjadi harapan besar bagi bapaknya. Bapaknya yang seorang sopir angkot berharap anak lanangnya itu bisa membantunya mencari nafkah, menjadi seorang laki-laki yang ‘sebenarnya’.

Sejak kecil Bayek pintar, ia sering menjadi juara kelas. Namun ternyata prestasinya itu tak membuat bapaknya cukup bangga. Ketika lulus SMA, Bayek melalui jalur PMDK (jalur masuk PTN tanpa tes) berhasil masuk IPB. Ia tahu bahwa kuliah di IPB, yang letaknya di provinsi Jawa Barat itu, bukanlah suatu perkara yang mudah bagi keluarganya, terutama bapaknya. Bapaknya bersikeras agar Bayek tetap tinggal di rumah, membantu ayahnya mencari nafkah. Namun, Bayek tetap bersikeras. Semua saudara dan ibuknya mendukungnya, meski ia tahu biaya hidup dan kuliah di sana tak cukup hanya berbekal beras saja.

Mengetahui kemantapan hati Bayek, hati bapaknya pun luluh. Ia kemudian mengajak Bayek mengendarai angkotnya yang telah berpuluh-puluh tahun menemaninya mencari nafkah. Bapaknya menjual angkot itu hanya untuk Bayek, untuk masa depan Bayek. Sejak itulah Bayek tahu bahwa ia tak boleh main-main saja, ia harus bisa membuat bapaknya bangga dan tak menyesal telah menjual angkot kesayangannya itu. Semenjak itulah perjuangan Bayek dimulai.

Sebuah kisah yang sangat menarik. Meskipun diangkat dari sebuah novel yang berjudul sama, namun film ini tak kalah seru dengan novelnya. Banyak orang yang kecewa dengan film-film yang diaptasi dari novel. Namun, menurut saya film ini lebih hidup. Dengan setting serta dialog dan prolog yang memukau, film ini menjadi lebih menarik.

Akting para aktornya pun tak kalah keren. Ihsan Tarore sebagai Bayek, Alex Komang sebagai Bapak, dan Dewi Irawan sebagai Ibuk, sukses menjadikan film ini lebih natural. Dialog dengan bahasa Jawa khas Malang serta beberapa adegan yang lucu berhasil membuat saya dan teman-teman terpukau dan tertawa. Kisah perjuangan ketika kuliah di IPB juga berhasil membuat saya buru-buru pengen kuliah. “Karena bahagia yang diwujudkan dengan perjuangan akan lebih memberi makna.”

Overall, I like this movie! “It doesn’t matter where I came from, as long as I know where I’m going." 


You May Also Like

2 comments