Review Film : Perahu Kertas Part I

by - December 12, 2012



Pertama kali membaca novelnya, saya sangat-sangat penasaran bagaimana kalau this great novel dijadikan film. Pasti bakalan keren abis!! Saat membaca pun, saya selalu terbayang wajah si Kugy, Keenan, Luhde, Remi, Noni, Eko, dst... Si Kugy yang acak-acak an, Si Keenan yang gondrong, Si Luhde yang cantik, dst juga...
Sewaktu booming kalau Perahu Kertas ini bakalan dijadikan film beneran, saya dan teman-teman seringkali menebak-nebak siapa saja yang akan memerankan para tokoh-tokoh ini. Sewaktu bulan Agustus pun saya selalu menanti-nanti nih film bakalan cepet keluar di bioskop Kediri. Tapi baru sekitar satu bulan kemudian setelah premiere Perahu Kertas ini bisa berlayar di Kediri.
Pertamanya saya ngotot banget mau nonton sama teman-teman. Namun, gara-gara harga tiketnya yang cukup mahal (bagi pelajar seperti saya) akhirnya kami mengurungkan niat dan memendam rasa untuk bisa melihat cerita ini dalam bentuk kisah nyata.
Setelah empat bulan berlalu, tepatnya pada bulan Desember ini, ketika sepupu saya mengabari saya kalau ia sudah “menemukan” perahu yang populer itu, saya girang tak terkira. And finally I got it!
Sekilas review, di versi filmnya, Kugy diperankan oleh Maudy Ayunda, Keenan diperankan oleh Adipati Dolken, Remi diperankan oleh Reza Rahadian, Luhde diperankan oleh Elyzia Mulachela, dan untuk lebih lengkapnya silahkan buka wikipedia di sini , hehe... Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, film ini meraih kesuksesan yang cukup besar. So, let me tell you my review about this film.
Cerita diawali dengan kepindahan Kugy ke Bandung yang kemudian dilanjutkan menjemput Keenan di stasiun. Proses selanjutnya nggak jauh beda sama yang di novel. Namun, yang namanya film pasti beda sama novelnya. Terus, yang beda apa???
Pertama, saya kira proses pertemanan Kugy dan Keenan cepet banget di film, sehingga kesannya tuh dua anak gak kelihatan saling jatuh cinta. Terus, ada bagian yang waktu Kugy dan Keenan pulang bareng naik kereta api, kemudian kereta apinya berhenti gara-gara ada longsor. Seingat saya, mereka berdua makan bareng di warung kecil terus kehujanan. Tapi di filmnya cuma diceritain turun dari kereta api, terus ngobrol singkat gitu. Padahal menurut saya itu salah satu bagian yang penting. Kalo di novel judulnya : "Bulan, perjalanan, kita.". Terus suasananya yang di novel ngena banget buat ngungkapin perasaan mereka berdua, romantis. Nah, satu lagi yang cukup penting. Saya merasa cukup boring sama dialog-dialog mereka. Padahal kalo baca di novel tuh nggak bisa berhenti senyum, malahan sampai ngakak abis.
Dibandingkan dengan film-film adaptasi novel lain yang sering buat penggemarnya kecewa, menurut saya film ini cukup bagus membuat para penggemar novelnya merealisasikan tokoh-tokoh novelnya dalam dunia nyata, meskipun ada juga yang kecewa. So, setelah melihat yang part I saya jadi lebih penasaran sama yang kedua. Just waiting the second “paper boat” released... :D
Sekian review saya tentang perahu kertas part I kali ini, semua tulisan saya murni dari pendapat saya. Jadi, kalo ada yang mau beda pendapat sama saya juga silakan... Ini kan negara democrazy, eh demokrasi maksudnya...

You May Also Like

0 comments