Review Film : Perahu Kertas Part I
Pertama kali
membaca novelnya, saya sangat-sangat penasaran bagaimana kalau this great novel
dijadikan film. Pasti bakalan keren abis!! Saat membaca pun, saya selalu
terbayang wajah si Kugy, Keenan, Luhde, Remi, Noni, Eko, dst... Si Kugy yang
acak-acak an, Si Keenan yang gondrong, Si Luhde yang cantik, dst juga...
Sewaktu
booming kalau Perahu Kertas ini bakalan dijadikan film beneran, saya dan
teman-teman seringkali menebak-nebak siapa saja yang akan memerankan para
tokoh-tokoh ini. Sewaktu bulan Agustus pun saya selalu menanti-nanti nih film
bakalan cepet keluar di bioskop Kediri. Tapi baru sekitar satu bulan kemudian
setelah premiere Perahu Kertas ini bisa berlayar di Kediri.
Pertamanya
saya ngotot banget mau nonton sama teman-teman. Namun, gara-gara harga tiketnya
yang cukup mahal (bagi pelajar seperti saya) akhirnya kami mengurungkan niat
dan memendam rasa untuk bisa melihat cerita ini dalam bentuk kisah nyata.
Setelah empat
bulan berlalu, tepatnya pada bulan Desember ini, ketika sepupu saya mengabari
saya kalau ia sudah “menemukan” perahu yang populer itu, saya girang tak
terkira. And finally I got it!
Sekilas
review, di versi filmnya, Kugy diperankan oleh Maudy Ayunda, Keenan diperankan
oleh Adipati Dolken, Remi diperankan oleh Reza Rahadian, Luhde diperankan oleh
Elyzia Mulachela, dan untuk lebih lengkapnya silahkan buka wikipedia di sini
, hehe... Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, film ini meraih kesuksesan
yang cukup besar. So, let me tell you my review about this film.
Cerita
diawali dengan kepindahan Kugy ke Bandung yang kemudian dilanjutkan menjemput
Keenan di stasiun. Proses selanjutnya nggak jauh beda sama yang di novel.
Namun, yang namanya film pasti beda sama novelnya. Terus, yang beda apa???
Pertama, saya
kira proses pertemanan Kugy dan Keenan cepet banget di film, sehingga kesannya
tuh dua anak gak kelihatan saling jatuh cinta. Terus, ada bagian yang waktu
Kugy dan Keenan pulang bareng naik kereta api, kemudian kereta apinya berhenti
gara-gara ada longsor. Seingat saya, mereka berdua makan bareng di warung kecil
terus kehujanan. Tapi di filmnya cuma diceritain turun dari kereta api, terus
ngobrol singkat gitu. Padahal menurut saya itu salah satu bagian yang penting. Kalo di novel judulnya : "Bulan, perjalanan, kita.". Terus suasananya yang di novel ngena banget buat ngungkapin perasaan mereka berdua, romantis. Nah, satu lagi yang cukup penting. Saya merasa cukup
boring sama dialog-dialog mereka. Padahal kalo baca di novel tuh nggak bisa
berhenti senyum, malahan sampai ngakak abis.
Dibandingkan
dengan film-film adaptasi novel lain yang sering buat penggemarnya kecewa,
menurut saya film ini cukup bagus membuat para penggemar novelnya
merealisasikan tokoh-tokoh novelnya dalam dunia nyata, meskipun ada juga yang
kecewa. So, setelah melihat yang part I saya jadi lebih penasaran sama yang
kedua. Just waiting the second “paper boat” released... :D
Sekian review
saya tentang perahu kertas part I kali ini, semua tulisan saya murni dari
pendapat saya. Jadi, kalo ada yang mau beda pendapat sama saya juga silakan...
Ini kan negara democrazy, eh demokrasi maksudnya...
0 comments