First of all, saya bener-bener minta
maaf sama mbak Luluk Indryas Mufida dan Iva Firdayanti karena nggak bisa
memenuhi harapan kita buat nonton bareng film ini. Maaf yaa... L Yang kedua, saya
sangat berterima kasih sekali kepada teman-temanku Flo, Widi, Nuril, Mega, Lia,
dan Priska yang sudah mau menemani saya buat nonton. Maaf banget kalau aku
kesannya ‘maksa’, bukannya ‘ngajak’ ketika mau nonton ini. Maaf juga karena
telat dateng ke bioskop, sorry sorry sorry... :3
Tapi...
kalian puas, kan, nonton ini?? Atau mungkin, sedikit kecewa sama seperti saya? Well, I really hope that we enjoyed and got
the point of this movie guys...
Nonton film
ini, gimana yaa... semakin membuat saya dan orang-orang yang punya mimpi buat
keluar negeri tambah pengen keluar negeri dan membuat orang-orang yang udah
keluar negeri pengen balik ke sana, gitu nggak sih?? Errr...
Kisahnya
diawali ketika Hanum dan Rangga sudah berada di Eropa. Untuk mengusir kebosanan
Hanum yang sendirian di apartemen tatkala ditinggal Rangga untuk kuliah, Hanum
akhirnya mengikuti les bahasa Jerman. Pada saat les itu, ia bertemu dengan
Fatma Pasha yang kemudian membawanya menemukan titik-titik cahaya di benua itu.
Bersama Fatma dan Ayse (putri Fatma), ia pun mulai menjelajahi berbagai tempat
di Eropa. Bersama mereka, Hanum juga belajar bagaimana sikap untuk menjadi agen
muslim yang baik, khususnya di negara yang muslimnya menjadi minoritas.
Kisahnya sih,
nggak banyak melenceng dari buku, ehm, well, sebenernya sih saya aja yang lupa
bagaimana detailnya di novel, hehe. Maklumlah, sudah lebih dari satu tahun yang
lalu saya membacanya. Tapi yang jelas, ada beberapa hal yang pengen banget saya
komentarin setelah saya menonton film ini.
Dari segi
positif, two thumbs up deh karena you know, settingnya itu di luar negeri
semua woy! Serasa jalan-jalan di luar negeri gitu, atau nonton tayangan
travelling edisi luar negeri. Nggak henti-hentinya saya kagum sama pemandangan
dan nggak henti-hentinya juga saya ‘nggremeng’: “Aku pengen kesana” atau sekadar
“kereenn” atau, “pengeeeen...” sambil memasang wajah melas menarik-narik lengan
jaket Flo... hiks hiks... Selain itu, adanya dialog cerdas dan menggelitik tak
urung membuat kami tertawa atau pun ‘jleb’ di hati. Dakwah lewat film tuh ya
kayak gini nih, kereeen....
Selanjutnya, the troubles. Satu yang sangat saya
sayangkan adalah, ketika Hanum, Fatma, dan Ayse pergi ke Bukit Kahlenberg. Saya
masih ingat betul cerita di novel bahwa mereka bertiga ke sana ketika hari
menjelang malam. Ketika saya menulis review novel ini dulu, saya sampai
bela-belain nyari foto bukit Kahlenberg ketika malam karena di novel itu
digambarkan keindahan lampu-lampu yang indah ketika malam hari yang dilihat
dari bukit Kahlenberg. Sayangnya, di film ini diceritakan bahwa mereka bertiga
pergi ke sana ketika siang. Bagus sih pemandangannya saat siang. Keren. Tapi,
kayaknya bakalan keren lagi kalo malam hari deh...
Kemudian, di
tengah-tengah cerita, muncul subtitle yang salah posisi. Maksudnya, subtitlenya
muncul di saat yang tidak tepat, bukan di scene yang tepat. Nah, hal ini
membuat saya sebagai penonton merasa bingung karena harus fokus pada gambar
yang tidak relevan dengan subtitle atau ngotot baca subtitlenya karena takutnya
nanti di saat scene yang harusnya ada subtitlenya ini malah subtitlenya nggak
muncul. Bingung dengan kalimat saya? Ya gitu lah pokoknya.
Namun, yang
paling nggak enak di hati adalah, sesaat setelah subtitle yang salah posisi
itu, muncul pula subtitle berisi keterangan ‘Coming Soon’. Hey, wait, wait,
wait... yang bener aja.. Nggak mungkin juga kan ada subtitle yang pake
bahasa inggris nantinya... Saya pun langsung sadar, nih film bakalan ada part dua
nya... Yang bener aja! Saya udah nunggu film ini lama, dan nggak ada pikiran
sama sekali kalo harus nunggu kisahnya tamat di lain hari. Hey! Nggak ada
pemberitahuan sama sekali pula di jejaring sosial. Setelah kejadian subtitle ‘Coming Soon’ itu, saya pun jadi
mencak-mencak sendiri di bioskop. Haduh, nasib anak kos nih ya kayak gini. Udah
nekat nyisakan uang buat nonton film ini, yang saya pikir bakalan dapat ‘ending’ saat itu juga, ternyata harus
nabung lagi buat nontong yang part dua. Well, it’s
so surprising ladies and gentlemen. Tak ada kabar mengenai tanggal
penayangan yang part dua pula... Heuh...
Okay, enough! Overall, saya sukaaa
bangeeet sama film ini. Kalau dipikir-pikir sih, emang bakalan lebih bagus
kalau panjang, dijadikan dua part sih nggak papa. Tapi ya, kenapa nggak dikasih
pemberitahuan sebelumnya? Sekali lagi, film ini keren! Can’t wait to watch the rest of the stories...
-Jadilah agen
muslim yang baik!-
P.S.
*Mbak In dan Iva, kalau kamu duduk di
sampingku waktu nonton film ini, kita bakalan ‘hurig’ sendiri nonton adegan
ketika Hanum dan Rangga jalan-jalan berdua atau waktu sholat bareng... hoho
*Setelah nonton ini kami menyempatkan diri buat makan
bareng... No need to say saya beli makan apa, kalian tahulah... ;) (nggak
penting)