Review Film : 99 Cahaya di Langit Eropa

by - December 06, 2013


First of all, saya bener-bener minta maaf sama mbak Luluk Indryas Mufida dan Iva Firdayanti karena nggak bisa memenuhi harapan kita buat nonton bareng film ini. Maaf yaa... L Yang kedua, saya sangat berterima kasih sekali kepada teman-temanku Flo, Widi, Nuril, Mega, Lia, dan Priska yang sudah mau menemani saya buat nonton. Maaf banget kalau aku kesannya ‘maksa’, bukannya ‘ngajak’ ketika mau nonton ini. Maaf juga karena telat dateng ke bioskop, sorry sorry sorry... :3

Tapi... kalian puas, kan, nonton ini?? Atau mungkin, sedikit kecewa sama seperti saya? Well, I really hope that we enjoyed and got the point of this movie guys...

Nonton film ini, gimana yaa... semakin membuat saya dan orang-orang yang punya mimpi buat keluar negeri tambah pengen keluar negeri dan membuat orang-orang yang udah keluar negeri pengen balik ke sana, gitu nggak sih?? Errr...

Kisahnya diawali ketika Hanum dan Rangga sudah berada di Eropa. Untuk mengusir kebosanan Hanum yang sendirian di apartemen tatkala ditinggal Rangga untuk kuliah, Hanum akhirnya mengikuti les bahasa Jerman. Pada saat les itu, ia bertemu dengan Fatma Pasha yang kemudian membawanya menemukan titik-titik cahaya di benua itu. Bersama Fatma dan Ayse (putri Fatma), ia pun mulai menjelajahi berbagai tempat di Eropa. Bersama mereka, Hanum juga belajar bagaimana sikap untuk menjadi agen muslim yang baik, khususnya di negara yang muslimnya menjadi minoritas.

Kisahnya sih, nggak banyak melenceng dari buku, ehm, well, sebenernya sih saya aja yang lupa bagaimana detailnya di novel, hehe. Maklumlah, sudah lebih dari satu tahun yang lalu saya membacanya. Tapi yang jelas, ada beberapa hal yang pengen banget saya komentarin setelah saya menonton film ini.

Dari segi positif, two thumbs up deh karena you know, settingnya itu di luar negeri semua woy! Serasa jalan-jalan di luar negeri gitu, atau nonton tayangan travelling edisi luar negeri. Nggak henti-hentinya saya kagum sama pemandangan dan nggak henti-hentinya juga saya ‘nggremeng’: “Aku pengen kesana” atau sekadar “kereenn” atau, “pengeeeen...” sambil memasang wajah melas menarik-narik lengan jaket Flo... hiks hiks... Selain itu, adanya dialog cerdas dan menggelitik tak urung membuat kami tertawa atau pun ‘jleb’ di hati. Dakwah lewat film tuh ya kayak gini nih, kereeen....

Selanjutnya, the troubles. Satu yang sangat saya sayangkan adalah, ketika Hanum, Fatma, dan Ayse pergi ke Bukit Kahlenberg. Saya masih ingat betul cerita di novel bahwa mereka bertiga ke sana ketika hari menjelang malam. Ketika saya menulis review novel ini dulu, saya sampai bela-belain nyari foto bukit Kahlenberg ketika malam karena di novel itu digambarkan keindahan lampu-lampu yang indah ketika malam hari yang dilihat dari bukit Kahlenberg. Sayangnya, di film ini diceritakan bahwa mereka bertiga pergi ke sana ketika siang. Bagus sih pemandangannya saat siang. Keren. Tapi, kayaknya bakalan keren lagi kalo malam hari deh...

Kemudian, di tengah-tengah cerita, muncul subtitle yang salah posisi. Maksudnya, subtitlenya muncul di saat yang tidak tepat, bukan di scene yang tepat. Nah, hal ini membuat saya sebagai penonton merasa bingung karena harus fokus pada gambar yang tidak relevan dengan subtitle atau ngotot baca subtitlenya karena takutnya nanti di saat scene yang harusnya ada subtitlenya ini malah subtitlenya nggak muncul. Bingung dengan kalimat saya? Ya gitu lah pokoknya.

Namun, yang paling nggak enak di hati adalah, sesaat setelah subtitle yang salah posisi itu, muncul pula subtitle berisi keterangan ‘Coming Soon’. Hey, wait, wait, wait... yang bener aja.. Nggak mungkin juga kan ada subtitle yang pake bahasa inggris nantinya... Saya pun langsung sadar, nih film bakalan ada part dua nya... Yang bener aja! Saya udah nunggu film ini lama, dan nggak ada pikiran sama sekali kalo harus nunggu kisahnya tamat di lain hari. Hey! Nggak ada pemberitahuan sama sekali pula di jejaring sosial. Setelah kejadian subtitle ‘Coming Soon’ itu, saya pun jadi mencak-mencak sendiri di bioskop. Haduh, nasib anak kos nih ya kayak gini. Udah nekat nyisakan uang buat nonton film ini, yang saya pikir bakalan dapat ‘ending’ saat itu juga, ternyata harus nabung lagi buat nontong yang part dua. Well, it’s so surprising ladies and gentlemen. Tak ada kabar mengenai tanggal penayangan yang part dua pula... Heuh...

Okay, enough! Overall, saya sukaaa bangeeet sama film ini. Kalau dipikir-pikir sih, emang bakalan lebih bagus kalau panjang, dijadikan dua part sih nggak papa. Tapi ya, kenapa nggak dikasih pemberitahuan sebelumnya? Sekali lagi, film ini keren! Can’t wait to watch the rest of the stories...

-Jadilah agen muslim yang baik!-

P.S.

*Mbak In dan Iva, kalau kamu duduk di sampingku waktu nonton film ini, kita bakalan ‘hurig’ sendiri nonton adegan ketika Hanum dan Rangga jalan-jalan berdua atau waktu sholat bareng... hoho
*Setelah nonton ini kami menyempatkan diri buat makan bareng... No need to say saya beli makan apa, kalian tahulah... ;) (nggak penting)

You May Also Like

0 comments