facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download

az-zuhruf

some stories and thoughts


Seperti biasa, dapet info novel ini dari temen sekelas. Seingatku sih, dia udah promosiin nih novel sebelum ‘jadi’ novel, pas masih ada di blognya Mbak Rein Fathia. Seperti biasa juga, dia ngompor-ngomporin aku buat baca, katanya tuh cerita bagus banget. Namun entah kenapa aku masih belum berminat buat baca.

Nah, setelah ‘jadi’ novel, gantian aku yang berminat buat beli. Karena sesuatu hal, saya pun mengurungkan niat buat beli, hehe, maklumlah namanya juga pelajar. Untungnya, temen saya yang lain akhirnya beli novel ini juga. Akhirnya, kesampaian juga buat baca, meskipun harus pinjem dan pake cara barter novel segala.

Ceritanya tentang Raka sama Aya. Sahabat yang bisa dibilang Best Friend Forever After, hehe. Ketidaksengajaan Aya yang harus satu kelompok dengan Raka ketika SMA membuat keduanya akrab, akrab banget. Kalo ada orang yang lihat, mungkin mereka bakal mengira Raka dan Aya adalah sepasang kekasih. Namun bagi mereka berdua, tak ada yang namanya cinta di antara mereka. Yah, ‘cinta’ sebagai sahabat mungkin.

Setelah lulus SMA, mereka berdua berpisah. Aya melanjutkan studi ke Jakarta sedangkan Raka ke Bandung. Meski terpisahkan oleh jarak dan waktu, dua sahabat ini masih  berusaha meluangkan waktu untuk sekedar ngobrol, curhat, atau hal-hal lain. Ketika mereka berdua sedang jatuh cinta pun tak sungkan buat ngobrol dan curhat tentang pasangan mereka masing-masing.

Singkat cerita, karena sesuatu hal, yang nggak bakal aku ceritain di sini, mereka akhirnya berpisah dengan pasangannya masing-masing. Tak lama setelah itu, setelah sama-sama bekerja, akhirnya Raka dan Aya pun kembali bisa bertemu karena tempat bekerja mereka nggak terlalu jauh. Mengetahui bahwa masing-masing sedang single, dan mengingat umur mereka yang sudah layak buat merangkai bahtera rumah tangga, Raka pun akhirnya memberanikan diri buat melamar Aya.  Setelah istikharah yang cukup panjang, Aya pun akhirnya menerima lamaran Raka. Mereka pun menikah.

Nah, cerita intinya baru dimulai ketika mereka berdua menikah. Perasaan Aya yang terlanjur hanya menganggap Raka menjadi sahabat sering membuat Aya tak percaya akan keputusan yang telah diambilnya. Masalah pun mulai menghampiri mereka berdua.

Aduh, kisahnya romantis banget deh, bener! Sayangnya, aku lupa di bagian mana romantisnya, nih (selain di bagian ending tentunya). Ini nih jadinya kalo ngereview buku ditunda-tunda mulu. Tapi salut deh buat Raka yang udah sabar banget ngehadepin Aya.


(Bahas apa lagi yah..??) Udah ya, segitu aja ngebahasnya. Ntar kalo selesai baca buku, aku usahain deh sesegera mungkin buat ngereview. Maaf yah, kalo kecewa. Tapi novel ini emang keren banget lho! Recommended!
July 21, 2013 No comments

Tentu saja aku tidak membeli novel ini hanya sekadar warna covernya ungu. Tidak. Aku bahkan baru sadar kalau warnanya ungu setelah aku membacanya. Alasannya adalah karena aku membaca begitu banyak mention yang ditujukan kepada penulis novel ini, Mas Moemoe Rizal, yang mengungkapkan bahwa novelnya bagus banget. Selain itu, salah satu temanya yang mengangkat tentang persaudaraan kakak dan adik semakin membuatku penasaran dan segera ingin membelinya. Sebagai salah satu referensi di masa mendatang, insyaAllah. Alhasil, aku menghadiahi diriku sendiri pada hari ulang tahunku kemarin dengan novel ini. Itu masih terlihat normal, bukan?

Kisahnya diawali dengan diperkenalkannya tokoh utama, Edvan, seorang arsitek yang baru saja berhasil membangun sebuah bangunan megah yang meberinya banyak honor di Singapura. Ketika malam perayaan atas kesuksesannya itu, ia mendapat kabar dari adik lelakinya, Edvin, bahwa Ibunya meninggal dunia. Edvan, yang sudah tak bertemu dengan ibunya selama sepuluh tahun akibat egonya di masa lalu, akhirnya pulang ke Indonesia, meski ketika sampai ia hanya bisa melihat jenazah ibunya di pemakaman.

Selang beberapa hari setelah pemakaman ibunya, Edvan bertemu dengan adiknya, Edvin, dalam ‘wujud’ yang benar-benar berbeda. Adiknya itu telah berubah nama menjadi Edvina, menjadi seorang lay dee boy (red: waria). Dengan penampilan yang benar-benar mirip perempuan, awalnya Edvan benar-benar tak percaya akan kenyataan itu, ditambah lagi dengan penampilan dan gaya Edvina yang mirip sekali dengan ibu mereka.

Setelah berbicara beberapa saat, Edvina mengungkapkan tujuannya untuk bertemu kakaknya itu, bahwa ia sedang menjalankan amanah ibu untuk memberi Edvan warisan, berupa jurnal. Edvan harus mengumpulkan seluruh jurnal yang ibu mereka buat dan sekarang tersebar di Bangkok, dengan petunjuk di setiap jurnal sesudahnya. Awalnya Edvan menganggap hal itu konyol, apalagi dengan keadaan adiknya sekarang ini, salah satu keadaan yang membuat Edvan pergi meninggalkan ibu dan adiknya, tak pernah mengabari dan pulang ke Indonesia.

Namun, akhirnya Edvan berangkat juga ke Bangkok, mencari harata karun yang dianggapnya impossible to find. Di Bangkok ia akhirnya bertemu dengan Charm, seorang guide yang membantunya mencari jurnal. Di sana ia juga bersahabat dengan Max, adik Charm, yang berhasil mengubah cara pandangnya. Di Bangkok juga ia menemukan berbagai kenangan, dan tentunya, yang akan kalian baca sendiri di buku ini.

Sebenarnya, ada cerita yang sudah bisa ditebak semenjak awal di buku ini. Di saat ketika Charm terus-terusan meminum multivitamin. Meski berhasil tertipu di bagian tengah, namun akhirnya dugaan saya benar. Seharusnya ada cara yang bisa dibuat agar situasi seperti ini tidak dapat dengan mudah ditebak oleh pemabaca.

Di sisi lain, saya suka sekali dengan tema persaudaraannya. Bahkan, saya harus pindah tempat ke kamar untuk bersiap-siap meneteskan air mata. Oh, benar-benar sangat menyentuh! Mas Moemoe berhasil membuat saya sedih dan membuat pandangan mataku kabur. Congrats! J

Selain itu, adegan setiap kali Edvan bersama Max juga berhasil membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Membuat saya harus menutup novel ini saat registrasi karena saya tak mau menjadi pusat perhatian, hehehe.

Let’s see bagian mana saja yang paling saya suka :

...
“I love Monyakul. He the best brother in the world.” Kanok memeluk Monyakul, yang sedikit pun tak keberatan. “He protect me from bad boys.”
“Why did he do that?”
“Because we family!” seru Kanok. “Family help Family. If bad boys naughty to me, Monyakul will shoo shoo away. If Monyakul is hungry, I will cook Moo Tad. It is favorite for Monyaku.”
Family help family. Kalimat yang simpel, tapi...
...

...
Aku pernah tanya sama Ibu, ‘Kenapa Ibu terus-menerus doain Kakak? Kakak mungkin nggak ingat Ibu sekarang.’ Ibu jawab, ‘Seorang Ibu nggak butuh anaknya inget kalau mau ngedoain. Yang Ibu harepin bukan kakakmu ingat sama Ibu, tetapi kakakmu tetap baik-baik aja.’ Tapi waktu itu aku masih kesal sama Kakak, jadi aku mendebat ibu. ‘Tapi, kan, Kakak mungkin udah nggak nganggap kita sebagai keluarga.’
‘Yang nganggap kita bukan keluarga, mungkin kakakmu. Ibu sih masih anggap kakakmu keluarga kita. Darah Ibu mengalir di tubuhnya. Nggak ada satu pengadilan mana pun yang bisa memutuskan hubungan darah antara ibu dan anak.’
‘Tapi Kakak bahkan nggak pernah nelepon kita pas dia lulus sarjana teknik arsitektur itu. Dia bahkan nggak mau noleh ke belakang pas kita ngumpet-ngumpet ngehadirin wisudanya.’
‘Inget ke poin utama, Edvin. Yang Ibu mau cuma kakakmu diberi kesehatan, kelancaran, dan kesuksesan, seperti yang dia pertaruhkan waktu ninggalin kita di sini. Titik. Mendoakan orang nggak boleh ada ‘tapi’-nya.’
...

Yeah, itu menurutku. Gimana menurut kalian? Tertarik untuk membaca??

Zuhrufi. Korp kun ka.

July 21, 2013 2 comments


Let me tell you, ini adalah kali kedua saya membaca Restart, setelah membaca novel ini dalam waktu yang singkat beberapa waktu yang lalu, dan menuliskan sedikit reviewnya di sini. Well, kenapa sampe ngulang dua kali? Itu tak lain karena saya masih belum nangkep ceritanya secara utuh. Dan setelah membaca ulang, wuih, saya baru sadar kalo novel karangan Mbak Nina Ardianti ini memang keren. Dan tetep, nggak bosenin. Karena udah pernah nulis sinopsis singkatnya, maka di sini saya pengen sedikit mengulas tentang alasan saya merekomendasikan novel ini.

Yang jelas, Mbak Nina tuh selalu berhasil membuat saya kagum sama tokoh-tokoh di novelnya. Kalo membaca Fly to the Sky saya suka banget sama Edyta dan Ilham, di novel Restart ini saya suka sama banyak orang. Saya heran, kok bisa sih Mbak Nina menciptakan karakter yang membuat tokohnya disukai para pembacanya. Salut deh!

Selanjutnya, yang membuat saya suka adalah dialog dan jalan pikiran para tokohnya. Seringkali gagal membuat saya berkali-kali menahan senyum dan tawa. Yang ada, cuma geleng-geleng kepala. Membaca cerita Syiana yang lepas, membuat saya mudah merasakan emosinya.

Ini salah satu dialog yang berhasil membuat saya tertawa :

...
Lalu terdengar suara siulan panjang diikuti dengan, “Harusnya gue panggil infotainment. Biar besok heboh, ‘Apakah. Yang. Membuat. Fedrian. Arsjad. Dan. Syiana. Alamsjah. Bertengkar? Apakah. Hubungan. Mereka. Di. Ujung. Tanduk?” nadanya terdengar sangat mirip Feni Rose
...

For your information, dialog di atas diutarakan oleh teman cowok sebelah kubikel Syiana, Aulia. Hehehe...

Namun, ada juga bagian yang membuat saya sebal sama Edyta. Yang bagian ini nih:

...
Aku menggodanya dengan wajah polos. Menganggap kata-katanya serius. “Eh. Sebenernya ide bagus tuh, Dyt. Gue malahan nggak pernah kepikiran. Wah, kalau tau lo sebenernya ngerestuin sih-“
Kata-kataku terputus oleh komentarnya, “DAN LO MAU LEBIH MILIH ABANG GUE DIBANDING FEDRIAN ARSJAD?” Ia mengucapkan itu seolah-olah aku ini gila atau apa.
...

Oh my God. Edyta. DAN LO TEGA BENER SIH SAMA ILHAM-ABANG LO SENDIRI! Huhuhu, saya jadi sedih nih, masak Ilham sampe digituin. (Well, biasalah, anggota PPI)

Next, kalo ada bagian yang saya nggak suka, pasti ada juga beberapa bagian yang saya sukai. Ketika Fedrian berkata pada Syiana di detik-detik sebelum mereka putus. Kalo aku jadi Syiana, aku udah melting.

...
“Kamu adalah perempuan pertama yang membuatku berpikir untuk kembali bekerja di korporasi-kalau perlu aku akan jadi banker lagi-hanya supaya aku bisa menjamin masa depan untuk kamu. I would give up everything I have, give up all of my dreams, and taking the responsibility to make you safe by making a safety net. Only for you. Karena aku yakin, you are the one.”
...

Sayangnya, Ian menutupnya dengan, “Tapi sekarang aku beryukur aku nggak melakukan itu”. Hah, langsung ilang deh melting-nya.

Terus, aku suka quote yang ini :

...
“Beberapa waktu lalu ada yang berkata kepada saya, relationship is a full time job. If you’re not ready, don’t apply. Apalagi sampai tanda tangan offering letter.”
...


Yeah, that’s all. Eits, tapi, sebelum saya menutup review ini, ada satu yang pengen saya sampaikan. Ini khusus buat Ian. Setelah mendengarkan lagu ini dua kali dan ngerti liriknya, saya langsung kepikiran Restart yang happy ending ini. Selain lagu ciptaan Ian tentunya, kayaknya lagu ini tepat deh dinyanyikan buat Syiana.

9

Every part in my heart I’m giving out
Every song in my lips I’m singing out
any fear in my soul I’m Letting go
And anyone who ask I’ll let them know

She’s the one she’s the one
I say it loud
She’s the one she’s the one
I say it proud

Ring the bell ring the bell
For the whole crowd
Ring the bell ring the bell

I’m telling the world
That I’ve found a girl
The one I can live for
The one who deserves

9


Tiao Cruz – Telling the World
July 15, 2013 3 comments

Ini adalah novel yang paaaaaliiing saya tunggu! Setelah berhasil mendapatkannya free, haha, lewat kuis yang diadakan oleh penulisnya, Mbak Nina Ardianti, plus tanda tangannya *pamer* -___- Tapiiii, yap, tapi, setelah novel ini sampe di rumah, saya pun harus bersabar buat membaca novel yang sudah saya tunggu dengan harap-harap cemas, yang setiap hari setelah saya memenangkan kuis itu saya selalu bertanya pada bude dan mbak saya : ‘novel buat saya udah datang belum?’, yang ketika saya udah datang saya tatap lekat-lekat novel itu, senyum-senyum sendiri, dan bertekad tak memperbolehkan siapa pun buat baca novel ini sebelum saya selesai membacanya. Lebay memang.
Memang novel itu datangnya kurang tepat, setelah saya gagal masuk PTN lewat jalur undangan, huhu. Tapi, nggak papa, ini namanya ujian, kan?? Jadi, saya pun mulai menghindar dari laptop, internet –termasuk twitter dan facebook, dan yang susah : saya harus mengubah genre buku saya, dari novel menjadi buku pelajaran. Hehe. Jadi, setelah saya selesai tes, saya pun ngebut baca novel itu. Itu juga salah, gara-gara saya ngebut mungkin, saya jadi tidak terlalu bisa menikmatinya. Jadi, dalam review kali ini mungkin hanya sedikit sinopsis dan... let’s see...
Namanya Syiana, sahabatnya Edyta, adalah cewek cantik yang, unfortunately, baru putus dari pacarnya, Yudha. Alasannya cukup buat Syiana terhenyak, dan saya juga, Yudha selingkuh. Semenjak putus, ternyata Syiana masih sering memikirkan Yudha. Harapan yang ia bangun bersama Yudha setelah tiga tahun pacaran mendadak runtuh, hancur berkeping-keping.
Di tengah-tengah penderitannya setelah bertemu Yudha secara tidak sengaja di Hongkong, Syiana mendapat masalah lagi. Ia tak sengaja bertemu seseorang –yang akhirnya dua orang, yang pertama mabuk ketika Syiana duduk di sampingnya, dan yang satunya lagi menuduh Syiana telah membawa temannya yang saat itu duduk di sampingnya –yang mabuk itu. *maaf bahasanya agak hancur*. Syiana yang memang sedang frustrasi itu akhirnya menyiram kedua orang itu dengan minuman yang tersisa di gelasnya. Malam itu adalah malam yang sial buat Syiana.
Sesampainya di Indonesia, Syiana sudah disibukkan dengan pekerjaannya. Projectnya sudah siap launching dalam beberapa waktu mendatang. Tapi, ia semakin pusing ketika atasannya meminta untuk mengganti icon yang bakalan mewakili projectnya itu dengan sebuah band yang lagi ngetop di Indonesia tapi Syiana sama sekali tidak tahu. Memang pekerjaannya membuat Syiana sedikit kuper soal musik Indonesia.
Singkat cerita, Syiana mendapat pertemuan yang tak sengaja dengan Fedrian, lelaki yang ia siram wajahnya ketika berada di bar di Hongkong. Fedrian juga membuat Syiana syok karena ia ternyata adalah salah satu anggota band Dejavu, icon yang bakalan dijadikan projectnya nanti. Pertemuan itu juga yang akhirnya membuat Syiana dekat dengan Fedrian, dengan cara yang unik tentunya. Sayangnya, ia masih susah move on dari Yudha.

Itulah mengapa cover novel ini : “All you have to do is move on”. Seperti biasa, saya selalu suka gaya berceritanya Mbak Nina. Setiap selesai membaca novelnya, selalu ada semangat baru buat nulis yang nggak garing. Dialog-dialongnya selalu ada saja yang membuat saya tertawa. Saya suka. Masalahnya, meski udah baca sampai selesai dalam waktu kurang dari dua belas jam kalo diakumulasikan, saya masih belum bisa move on dari Ilham. Likely, saya harus baca novel ini mulai dari awal lagi deh, dan saya bakal buat review yang kedua. Eh, satu hal penting yang bisa saya dapet dari novel ini, adalah bagaimana manner kita dalam bersahabat. Banyak banget hal yang dapet kita pelajari dari hubungan Syiana dan Edyta di sini. Semoga, saya bakalan punya sahabat kayak mereka kalo kuliah nanti, ya! Amiin :D
July 02, 2013 No comments


Penulis : Orizuka
Editor : Gita Romadhona
Penerbit : GagasMedia
Cetakan : Kedua, 2013

Jadi, ini adalah kedua kalinya saya membaca novel karya Orizuka, setelah yang pertama saya baca : Infinitely Yours. Penasaran banget buat baca novel ini setelah teman saya, Alfy, ngompor-ngomporin saya buat baca novel ini berbulan-bulan yang lalu, atau beberapa tahun yang lalu. Keberadaan kelas kami yang tidak berubah membuat memori saya sulit mengingat kapan ia berkata begitu.
Dulu, sewaktu penasaran saya langsung membuka google dan mengetik judul novel ini. Covernya dulu masih berwarna ijo. Jadi, sewaktu kemarin saya merelakan novel ini buat dipinjem Neni dulu, saya baru tersadar kalo itu adalah novel Orizuka yang ganti cover, yang pengen sekali saya baca. Finally, saya pun rela meminjamkan Alfy buku baru saya, buku yang belum saya buka, yang baru saya buka segelnya ketika dalam perjalanan menemuinya. Yah, toh nanti juga bakalan saya baca buku baru saya itu, sama saja. Semenjak kehilangan hape, entah kenapa saya jadi ikhlas buat minjemin, memberi, sedekah, whatever yang bisa saya lakukan, selama itu baik buat saya. Enough!
Novel ini mengisahkan Yogas yang sedang dalam perjalanan mencari (dulu) sahabatnya, Joe, ke Yogya. Bukan untuk reuni, kangen, atau hal melankolis lainnya, tapi balas dendam. Dia bersikeras untuk menemukan Joe apa pun yang terjadi meski ia tak tahu persis di mana Joe tinggal. Dengan uang yang tak banyak, Yogas akhirnya menemukan sebuah kost sangat sederhana yang hampir roboh. Ia tak punya pilihan lain mengingat uangnya yang terbatas dan tujuannya hanyalah untuk bertemu Joe.
Namun, takdir berkata lain. Di kost itu ia bertemu dengan Kana, seorang cewek cerewet yang tinggal persis di sebelah kamarnya. Yogas cuek saja terhdap Kana, namun sikap Kana yang bersahabat membuat Yogas nyaman dengan dia. Menyadari bahwa Yogas telah salah mengambil sikap –Yogas tak ingin siapa pun peduli dengannya- terhadap Kana, ia pun mulai menjauh. Sayangnya, setelah cukup lama berinteraksi dengan Yogas, Kana jatuh cinta padanya.
Sikap Yogas yang aneh, yang kadang baik, kadang marah, membuat Kana bingung. Perlahan-lahan ia pun mengetahui rahasia Yogas yang disembunyikannya itu. Kana tahu betul bahwa Yogas positif HIV, dan Kana juga tahu maksud kedatangannya ke Yogya. Meski Yogas menghindar, Kana tetap saja mendekatinya. Kana ingin menemaninya, tidak seperti sikap orang lain yang menghindar, Kana tetap meyakinkan Yogas atas janjinya. Karena Kana tahu, ia telah jatuh hati pada Yogas, dan tak ingin menyesal nantinya.

Wah, emang nih novel bagus. Nggak sia-sia Alfy recommend ini buat aku. Haha. Alur yang baik berhasil membuat saya penasaran atas rahasia Yogas yang hendak disampaikan Orizuka pada pembaca hingga akhir. Endingnya juga bagus,membuat saya berpikir, “bakalan ketemu Yogas nggak nih si Kana??”. Satu hal yang saya kagumi, Orizuka berhasil membuat dialog-dialognya nggak terkesan garing, dan yang terpenting, dialognya Yogas tuh nggak cewek –karena, kan, yang nulis cewek. So, kalo ada pengajuan novel yang bagus buat tema HIV, novel ini bisa menjadi salah satunya  lho(berhubung saya baru baca novel ini aja yang berhubungan dengan HIV, hehe)! :D
July 02, 2013 1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me


A student who loves collecting books, writing occasionally, and enjoy taking some photographs.

Follow Us

Labels

Cerita Teladan cerpen continual flashfiction coretan tanganku encyclopedia flashfiction Justifying the Feeling movie review my handwriting nice story Out of the Blue Resensi Buku resensi novel review film sinopsis buku

recent posts

Blog Archive

  • ►  2016 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
  • ▼  2013 (25)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ▼  July (5)
      • Review Novel : Coupl(ov)e
      • Review Novel : Bangkok the Journal
      • Review Novel : Restart (II)
      • Review Novel : Restart (I)
      • Review Novel : The Truth About Forever
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2012 (16)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (3)
    • ►  April (3)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates