facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download

az-zuhruf

some stories and thoughts

pic source : http://the-marketeers.com/wp-content/uploads/2012/10/bendera-indonesia.jpg
Kami masih duduk di tepi sungai ketika Bu Widya –satu-satunya guru di sekolah kami, berteriak nyaring memanggil murid-muridnya yang hanya berjumlah lima belas orang. Hari ini adalah hari istimewa, tepat tanggal 17 Agustus –aku baru saja menengoknya di kalender. Hebat bukan main, bukan, kemampuan membacaku. Aku masih duduk di kelas satu SD dan aku bangga akan hal itu.
Tak lama kemudian, kami sudah berbaris rapi menghadap tiang bambu yang berdiri kokoh di tengah halaman. Tiga orang yang berbadan lebih jangkung di antara kami berderap sigap membawa kain berwarna merah putih mendekati tiang itu.
Ketika sang pemimpin berkata dengan tegas, “Hormat, grak!”, kami mulai menyanyi dengan suara yang lantang.

Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku


Hingga kata ‘raya’ bait terakhir, kami belum juga menurunkan tangan. Mataku masih menatap bendera merah putih yang berkibar di pucuk tiang dengan gagahnya. Jikalau banyak orang yang mengeluh untuk berdiri seperti ini, kami malah berharap bisa lebih lama berdiri untuk mengenang para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi bangsa ini. Ini adalah ucapan terima kasih kami untuk mereka yang telah memerdekakan Indonesia, yang tanahnya kupijak saat ini. Tanah surga di mana sekolah kami yang hampir roboh masih berdiri.
August 17, 2013 No comments

Ella adalah seorang gadis cantik dan pintar namun sedikit judes. Ia mempunyai sahabat bernama Maya yang lebih feminin. Sudah berteman dan sebangku sejak kelas satu SMA dan berlanjut hingga kelas tiga. Meski Ella adalah orang yang agak tertutup, namun Maya paham jikalau ia memang sedang tidak ingin curhat apabila ia ada masalah. Yah, meski pun sebenarnya Maya belum benar-benar paham akan karakter sahabatnya itu.

Ketika duduk di kelas tiga, menjelang ujian nasional, Ella mendapat cobaan. Papa dan mamanya hendak bercerai dan Ella benar-benar frustasi akan hal itu. Semakin lama Ella semakin tidak peduli pada sekolahnya. Ia bolos berhari-hari menjelang keputusan dan pasca perceraian kedua orang tuanya. Maya awalnya tak mengetahuinya karena Ella benar-benar menutup diri. Ella pun juga menghindar dari Maya. Namun setelah Maya mengetahui alasan Ella, Ella pun mendapat semangat lagi untuk bersekolah.

Di lain pihak, kehidupan Maya mulai mencerah. Setelah papanya meninggal, kini mamanya mulai mendapatkan sosok baru yang bisa mendampinginya. Awalnya Maya benar-benar senang akan kebahagiaan mamanya itu, meski pun mamanya masih merahasiakan identitas si pria yang telah mengambil hatinya. Mendengar kabar tentang kebahagiaan mama Maya, Ella pun turut bersuka cita atas sahabatnya itu.

Ketika waktu pertemuan Maya dengan calon papa barunya itu, Ella mengantarnya. Namun, di sinilah konflik mulai muncul lagi. Calon papa baru Maya tak lain tak bukan adalah Papa Ella sendiri. Mengetahui hal tersebut, Ella shock, begitu juga Maya. Semenjak itu masalah pun mulai bermunculan yang membuat jarak di antara dua sahabat itu mulai merenggang.

Awal cerita ini memang agak datar menurutku. Menceritakan masalah keluarga Ella dan nostalgianya dengan Mbok Iyem membuatku agak bosan. Hingga ketika diperkenalkannya tokoh Mama Maya yang seingatku muncul di separuh perjalanan membaca buku inilah yang membuatku tertarik. Dengan adegan tiba-tiba yang mengungkapkan bahwa Mama Maya sedang dekat dengan seorang pria, alur selanjutnya sudah tertebak olehku. Karena masih ragu, aku pun semakin tertarik dengan hipotesaku yang akhirnya terbukti. Hehe. Namun, setelah terbukti itulah yang semakin membuatku penasaran dengan ending ceritanya. Agak sulit menebak memang. Karena memang, ending cerita ini tidak sesuai dengan ekspektasiku yang aku harap akan happy ending dengan romansa cinta antara Ella dan Rama, si ketua kelas yang telah banyak membantu Ella dan Maya. Atau paling nggak kisah ini akan diakhiri secara happy mengenai keluarga Ella. Bukan itu juga. Karena setelah membaca sinopsis singkat di balik cover buku ini aku jadi paham bahwa ini adalah kisah tentang persahabatan antara Ella dan Maya. Karena, jujur, menurutku endingnya terlalu menggantung. Menurutku.

Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bunyan
Cetakan : pertama, Juli 2013

Jumlah halaman : vi + 174 halaman
August 11, 2013 No comments

Totto-chan tak tahu bahwa dirinya dikeluarkan dari sekolah dasar ketika masih kelas satu SD. Ibunya hanya bilang bahwa ia akan pindah sekolah. Gurunya yang lama mengatakan bahwa Totto-chan anak yang nakal. Hal itulah yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah.

Untungnya Ibu Totto-chan menemukan sekolah dasar yang pada akhirnya disukai –dicintai oleh Totto-chan, Sekolah Dasar Tomoe. Sekolah yang menjadikan bekas gerbong kereta sebagai kelas membuat Totto-chan benar-benar tertarik. Pertama kali ia masuk ke sekolah itu, ia bertemu dengan Kepala Sekolah Tomoe, Sosaku Kobayashi. Meskipun dengan gigi yang sudah ompong, Totto-chan tau bahwa Mr. Kobayashi adalah orang yang baik dan Totto-chan sangat nyaman berada di dekatnya, terlebih setelah mendengarkan Totto-chan bercerita padanya selama empat jam.

Di sekolahnya yang baru, Totto-chan mendapat banyak teman dengan berbagai karakter dan kondisi. Ada temannya yang cacat karena terkena polio, namun ia bisa bersahabat baik dengannya. Bahkan ia rela berbagi pohonnya secara rahasia. Selain itu, ia amat menikmati pelajaran di sekolahnya karena setiap murid bisa memilih pelajaran yang akan mereka kerjakan terlebih dahulu setiap pagi. Bebas, tergantung apa yang mereka suka. Totto-chan selalu semangat untuk berangkat pagi dan pulang lebih lama di Sekolah Dasar Tomoe, begitu juga teman-temannya.

Sama sekali tak menyangka bahwa ada sekolah seperti Tomoe. Awalnya saya mengira bahwa ini adalah sebuah novel, novel fiksi. Namun yang menarik, ini semua berdasarkan kisah nyata, nonfiksi, realistis, lebih jelasnya, benar-benar ada dan terjadi di masa lampau. Mengingat peristiwa yang terjadi adalah ketika masa perang Asia Pasifik, sepertinya mustahil membayangkan ada sebuah sekolah dengan gerbong kereta sebagai kelasnya, dengan hanya lima puluh siswa yang belajar di sekolah Tomoe, bisa memilih mata pelajaran yang disukai untuk dikerjakan lebih dahulu, dan ada berbagai kegiatan asyik yang berlangsung selama di Tomoe. Tapi ini adalah kisah nyata, kisah tentang Tetsuko Kuroyanagi yang dulu pernah dikeluarkan dari sebuah sekolah dasar ketika kelas satu SD karena dianggap nakal oleh gurunya kemudian bersekolah di Tomoe yang mengajarkannya banyak hal yang tidak didapatkannya apabila ia belajar di tempat lain.

Saya juga terkejut ketika membaca catatan akhir buku ini. Bahwa buku ini menjadi best seller dan membuat sejarah di dunia penerbitan Jepang serta menjadi buku wajib pendidikan. Saya sangat bersyukur bisa membaca buku ini. Melihat sistem pendidikan di Indonesia seperti ini, saya benar-benar iri pada Tetsuko Kuroyanagi yang dulu bersekolah di Tomoe. Pasti menyenangkan apabila saya bisa belajar dengan bebas seperti di Tomoe.


Setelah membaca buku ini, saya berharap ada sekolah yang seperti Tomoe di masa sekarang dan saya bisa melihatnya secara langsung. Saya juga berharap sistem pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik lagi di masa mendatang. Amiin. Terakhir, terima kasih kepada Neni Alya yang sudah meminjamkan buku ini *modus*. Strongly recommended!

Penulis                 : Tetsuko Kuroyanagi
Alih Bahasa         : Widya Kirana
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan               : keempat belas, Mei 2013

August 11, 2013 2 comments

Beverly King dan Felix King akan menghabiskan satu musim mereka di Pulau Prince Edward, sebuah pulau di mana ayah mereka dilahirkan. Sebuah pulau yang selalu diceritakan oleh ayah mereka sehingga Bev dan Felix merasa sudah mengenal tempat itu dengan baik meski sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di sana. Di sanalah juga ia akan menghabiskan satu musimnya dengan sepupu-sepupu mereka, yang membuat hari-hari mereka berdua berwarna layaknya pelangi.


Penulis : Lucy Maud Montgomery
Penerjemah : Ambhita Dhyaningrum
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Maret 2010

Selain Felicity, Dan, dan Cecily, Bev dan Felix dibuat terkesima oleh Gadis Dongeng. Nama asli gadis Dongeng adalah Sara Stanley. Namun, karena ada dua Sara di sana, Sara Stanley dan Sara Ray, Akhirnya si gadis pertama diapnggil dengan sebutan Gadis Dongeng. Sebenarnya, hal itu lebih karena Sara Stanley adalah seorang gadis yang sangat mahir dan cerdas dalam bercerita, dan juga karena ia tak suka nama aslinya sendiri. Ketika Gadis Dongeng bercerita, semua orang akan berpindah tempat dan suasana, bergantung si Gadis Dongeng bercerita tentang apa. Gadis Dongeng juga ahli dalam memainkan peran yang diceritakannya. Ia bisa berubah menjadi seorang putri cantik nan anggun dan dalam suatu kesempatan yang lain ia bisa berubah menjadi wanita ular yang menjijikkan. Ya, sepandai itulah Gadis Dongeng dalam bercerita.

Mereka bertujuh, Felicity, Dan, Cecily, Felix, Bev, Gadis Dongeng, dan Sara berteman akrab dalam waktu yang singkat. Mereka melakukan berbagai pekerjaan dengan semangat, belajar bersama, bermain bersama, dan hal-hal menyenangkan lain selama berada di tanah keluarga King. Dengan adanya berbagai sifat yang berbeda di antara mereka, mereka menemukan makna sebuah persahabatan sejati.

Hal yang paling menarik ketika kau membaca buku ini adalah bagian berimajinasi. Berimajinasi bagaimana keadaan Pulau Prince Edward yang dikelilingi dengan kebun, pohon-pohon apel, padang rumput, jalan setapak, dan hutan-hutan. Bagaimana rasanya tinggal di sebuah pulau yang ketika kau memandang hanyalah padang hijau dan pepohonan yang rindang. Berlari dari sebuah rumah kuno yang besar menuju kebun melewati semak-semak dan bunga-bunga yang tumbuh secara liar. Just imagine that, you’ll feel it...

Meski di samping itu kau akan menemukan bagian yang religius, tentang Kristen Presbiterian dan Metodis –yang aku tak paham tentang bedanya, yah, anggap saja sebagai penambah ilmu pengetahuan. See?

That’s all, cause I can’t describe The Story Girl precisely, but I’m (almost) sure that you wanna meet her if you read it. Happy reading! :D

....

Tentang Penulis

Lucy Maud Montogomery lahir di Clifon, Pulau Prince Edward pada 1874. Sejak kecil, Lucy tinggal bersama kakeknya di Cavendish yang mendidiknya dengan keras. Pada 1890-an, Lucy mengajar di Bideford dan Lower Bedeque di Pulau Prince Edward.

Ia sudah menyukai menulis sejak kecil. Karya pertamanya, sebuah puisi, dimuat di surat kabar lokal. Ia semakin dikenal melalui seri Anne of Green Gables. The Story Girl dan sekuelnya, The Golden Road, dengan karakter tokoh-tokohnya yang periang dan bebas adalah kisah yang menginspirasi serial televisi “Road to Avonlea”. Dan, tidak banyak yang tahu bahwa inilah karya favorit Lucy Maud Montgomery.
August 05, 2013 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me


A student who loves collecting books, writing occasionally, and enjoy taking some photographs.

Follow Us

Labels

Cerita Teladan cerpen continual flashfiction coretan tanganku encyclopedia flashfiction Justifying the Feeling movie review my handwriting nice story Out of the Blue Resensi Buku resensi novel review film sinopsis buku

recent posts

Blog Archive

  • ►  2016 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
  • ▼  2013 (25)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ▼  August (4)
      • Flashfiction : 17 Agustus
      • Review Novel : Jalan Menuju Cinta-Mu
      • Review Buku : Totto-chan Gadis Cilik di Jendela
      • Review Novel : The Story Girl
    • ►  July (5)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2012 (16)
    • ►  December (2)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2011 (3)
    • ►  June (1)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2010 (3)
    • ►  April (3)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates