Flashfiction : 17 Agustus
![]() |
pic source : http://the-marketeers.com/wp-content/uploads/2012/10/bendera-indonesia.jpg |
Kami masih
duduk di tepi sungai ketika Bu Widya –satu-satunya guru di sekolah kami, berteriak
nyaring memanggil murid-muridnya yang hanya berjumlah lima belas orang. Hari
ini adalah hari istimewa, tepat tanggal 17 Agustus –aku baru saja menengoknya
di kalender. Hebat bukan main, bukan, kemampuan membacaku. Aku masih duduk di
kelas satu SD dan aku bangga akan hal itu.
Tak lama
kemudian, kami sudah berbaris rapi menghadap tiang bambu yang berdiri kokoh di
tengah halaman. Tiga orang yang berbadan lebih jangkung di antara kami berderap
sigap membawa kain berwarna merah putih mendekati tiang itu.
Ketika sang
pemimpin berkata dengan tegas, “Hormat, grak!”, kami mulai menyanyi dengan
suara yang lantang.
Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku
Hingga kata
‘raya’ bait terakhir, kami belum juga menurunkan tangan. Mataku masih menatap bendera
merah putih yang berkibar di pucuk tiang dengan gagahnya. Jikalau banyak orang
yang mengeluh untuk berdiri seperti ini, kami malah berharap bisa lebih lama
berdiri untuk mengenang para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi bangsa
ini. Ini adalah ucapan terima kasih kami untuk mereka yang telah memerdekakan
Indonesia, yang tanahnya kupijak saat ini. Tanah surga di mana sekolah kami
yang hampir roboh masih berdiri.
0 comments