Review Novel : The Story Girl

by - August 05, 2013


Beverly King dan Felix King akan menghabiskan satu musim mereka di Pulau Prince Edward, sebuah pulau di mana ayah mereka dilahirkan. Sebuah pulau yang selalu diceritakan oleh ayah mereka sehingga Bev dan Felix merasa sudah mengenal tempat itu dengan baik meski sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di sana. Di sanalah juga ia akan menghabiskan satu musimnya dengan sepupu-sepupu mereka, yang membuat hari-hari mereka berdua berwarna layaknya pelangi.


Penulis : Lucy Maud Montgomery
Penerjemah : Ambhita Dhyaningrum
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Maret 2010

Selain Felicity, Dan, dan Cecily, Bev dan Felix dibuat terkesima oleh Gadis Dongeng. Nama asli gadis Dongeng adalah Sara Stanley. Namun, karena ada dua Sara di sana, Sara Stanley dan Sara Ray, Akhirnya si gadis pertama diapnggil dengan sebutan Gadis Dongeng. Sebenarnya, hal itu lebih karena Sara Stanley adalah seorang gadis yang sangat mahir dan cerdas dalam bercerita, dan juga karena ia tak suka nama aslinya sendiri. Ketika Gadis Dongeng bercerita, semua orang akan berpindah tempat dan suasana, bergantung si Gadis Dongeng bercerita tentang apa. Gadis Dongeng juga ahli dalam memainkan peran yang diceritakannya. Ia bisa berubah menjadi seorang putri cantik nan anggun dan dalam suatu kesempatan yang lain ia bisa berubah menjadi wanita ular yang menjijikkan. Ya, sepandai itulah Gadis Dongeng dalam bercerita.

Mereka bertujuh, Felicity, Dan, Cecily, Felix, Bev, Gadis Dongeng, dan Sara berteman akrab dalam waktu yang singkat. Mereka melakukan berbagai pekerjaan dengan semangat, belajar bersama, bermain bersama, dan hal-hal menyenangkan lain selama berada di tanah keluarga King. Dengan adanya berbagai sifat yang berbeda di antara mereka, mereka menemukan makna sebuah persahabatan sejati.

Hal yang paling menarik ketika kau membaca buku ini adalah bagian berimajinasi. Berimajinasi bagaimana keadaan Pulau Prince Edward yang dikelilingi dengan kebun, pohon-pohon apel, padang rumput, jalan setapak, dan hutan-hutan. Bagaimana rasanya tinggal di sebuah pulau yang ketika kau memandang hanyalah padang hijau dan pepohonan yang rindang. Berlari dari sebuah rumah kuno yang besar menuju kebun melewati semak-semak dan bunga-bunga yang tumbuh secara liar. Just imagine that, you’ll feel it...

Meski di samping itu kau akan menemukan bagian yang religius, tentang Kristen Presbiterian dan Metodis –yang aku tak paham tentang bedanya, yah, anggap saja sebagai penambah ilmu pengetahuan. See?

That’s all, cause I can’t describe The Story Girl precisely, but I’m (almost) sure that you wanna meet her if you read it. Happy reading! :D

....

Tentang Penulis

Lucy Maud Montogomery lahir di Clifon, Pulau Prince Edward pada 1874. Sejak kecil, Lucy tinggal bersama kakeknya di Cavendish yang mendidiknya dengan keras. Pada 1890-an, Lucy mengajar di Bideford dan Lower Bedeque di Pulau Prince Edward.

Ia sudah menyukai menulis sejak kecil. Karya pertamanya, sebuah puisi, dimuat di surat kabar lokal. Ia semakin dikenal melalui seri Anne of Green Gables. The Story Girl dan sekuelnya, The Golden Road, dengan karakter tokoh-tokohnya yang periang dan bebas adalah kisah yang menginspirasi serial televisi “Road to Avonlea”. Dan, tidak banyak yang tahu bahwa inilah karya favorit Lucy Maud Montgomery.

You May Also Like

0 comments